Selasa, 30 Juli 2013

(C) For Fara


Aku keluar dari pertikaian itu, baru dan pertama kalinya. Keanapa dia harus marah pada ku padahal kami teman sekaligus menyandang status mantan, aku keluar sekaligus menarik Fara dari cengkramannya. Tidak hanya aku yang menarik Fara, Andrew pun ikut menarik Linda dari jambakan Fara. Seharusnya aku tadi yang bermasalah dengan Linda namun Fara membelaku. Emosinya pun memuncak lalu menampar Linda dengan keras. Sebelumnya aku yang hanya diam saja, mendengar makian dari Linda yang sangat sadis itu. Dan berakhir dengan eksekusi dari Fara. Fara tidak tega melihatku di hina, mungkin karena aku pacarnya. Aku membawa Fara menuju teras belakang, lalu menenangkannya. “Kamu kenapa sih beb?” tanyaku. Dia melihatku dengan tajam, seakan aku sudah tau jawaban yang aku tanyakan kepadanya. Pertama kalinya selama 2 tahun kami pacaran dia semarah ini. “Gitu aja nanya” Jawab Fara judes. Aku hanya terdiam, melihatnya yang masih cemberut. “Ya.. aku gak mau aja kamu dikatain kaya begitu, jelas-jelas kamu yang lagi ngobrol dengan Andrew, kenapa dia yang nyamber?” tambahnya. Aku bingung menjelaskannya. Andrew adalah sahabat gue dari SMA, dia yang selalu memberi modal pada bisnis ku, bisnis yang boleh dibilang iseng-iseng berhadiah. Aku berbisnis merchendise Idol Group Jepang dan Korea, aku mengimportnya dari sana dan menjualnya disini. Masalah terjadi ketika Andrew jadian dengan Lidia. Masalah bukan datang dari Andrew namun Lidialah. Lidia adalah mantan ku sebelum aku berpacaran dengan Fara, kami putus karena Lidia orang yang matre, aku tidak sanggup dengan permintaanya, meminta ini – itu dengan harga yang tidak murah. Kami putus dengan dendam yang tidak terukur. Lidia ingin membalaskan dendamnya dengan meminta Andrew menyuntikan modalnya kepadaku.
                “Tapi aku tidak tahu harus gimana lagi” jawabku. “Yaudah biarin, kamu kan bisa cari orang lain yang bisa modalin kamu” jawab Fara mukanya masih marah, aku hanya berdiri frustasi menatap langit, aku mencari jawaban dari kefrustasian ku ini. Sebelum masalah terjadi, aku sudah mencari-cari orang yang dapat memodaliku namun, sampe sekarang aku belum menemukannya. Sebenarnya suntikan dana yang dihentikan tidak membuatku goyah, namun bagaimana dengan Fara dia pasti akan tidak suka dengan gaya hidup setelah ini. Dia sudah biasa hidup enak dengan orang tuanya dan akan berhemat-hematan denganku. Butuh waktu berbulan-bulan untuk kembali hidup seperti sekarang. Aku tidak mau keuanganku dicampuri dengan keuangan orang tau ku. Aku mau memberi uang pada orang tuaku namun, aku tidak suka meminta uang pada orang tuaku, itulah prinsipku dalam hidup. Aku masih menatap jauh kebintang-bintang malam dari teras villa dikawasan puncak. “Tio” panggil Andrew dari belakang. Aku tahu dari tatapannya sepertinya Ia ingin membicarakan sesuatu yang penting kepada ku. Aku menatap Fara sebentar lalu mengikuti Andrew. Aku dibawa ke garasi mobil. Aku melihat Lidia sudah berada di dalam mobil Lamborghini kepunyaan Andrew. Wajahnya melihatku dengan sangat jijik tak karuan. “Jadi..  maaf gue nggak bisa modalin lu lagi, Lidia melarangnya” kata Andrew. Jawaban itu seakan mengutuk gue untuk masa depan ku dengan Fara. “Apa tidak bisa diam-diam saja?” kataku memelas. “Tidak bisa Lidia memegang semua rekening ku sekarang, maaf” jawab Andrew menyerah. Belum aku menjawab, kelakson mobil lamborghini itu sudah meraung-raung keras, aku tahu Lidia sudah tidak sabar ingin pergi dari pesta ini karena melihat aku.
                Andrew langsung meninggalkan gue sendiri di garansi dan melajukan mobilnya di tengah malam menuju Jakarta. Aku hanya terdiam benar-benar diam, aku tidak mengerti apa yang aku harus lakukan sekarang. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Fara yang ternyata mengupping dibelakang pintu garasi. Aku tidak berkata dengan sedikit pun hanya tatapan kosong yang aku tunjukan untuk Fara. Fara pun mengerti apa yang terjadi tadi aku dengan Andrew. Fara pun datang memelukku, terasa hangat dan tentram. “sudah beb gpp, aku mau kok susah-susah sedikit, asal aku bisa bersama kamu” bisik Fara. Aku diam, aku bersyukur, “Terima Kasih sayang”­ 

Selasa, 23 Juli 2013

(C) Rindu


Seperti bisa, aku menunggunya disini bersama dengan orang-orang lain, mereka tampak bahagia karena seberntar lagi mereka akan berjumpa dengan seseorang yang mereka sayangi. Aku melihat di dinding samping kanan yang bejarak 20 meter dari tempat aku berdiri, ada sepasang anak bersama ayah mereka, mungkin mereka menunggu Ibu mereka yang sudah lama jauh dari mereka. Anak-anak itu meloncat-loncat tak sabar menunggu ibu mereka kembali ke hadapan mereka. Aku pun mengalihkan pandangan kearah kiri tepat disebelah kiri ku sepasang orang tua yang sudah menunggu anak mereka pulang. Mungkin anak itu melanjutkan sekolahnya disana dan orang tuanya menunggu kembali ketanah air tercinta. Banyak suasana menyentuh disini, begitu juga denganku yang sudah lama ingin bertemu kekasih ku. Sudah dua tahun aku tidak bertemu dengannya. Mungkin jika di tambahkan, 4 tahun lamanya sudah aku dan dia berpisah. Sekitar 4 tahun lalu tepatnya di bulan Agustus, aku harus berpamitan karena aku harus mengejar cita-citaku ke Jepang, aku mendapatkan beasiswa disana untuk mengambil S2 selama 2 tahun, aku tidak di izinkan untuk pulang dari kampus ku di Jepang karena biaya untuk kembali bukanlah biaya yang murah. Setelah aku selesai dengan 2 tahunku, ketika aku kembali ke Jakarta, sehari sebelum tiba, giliran kekasihku untuk mengejar cita-citanya ke negeri yang terkenal dengan tembok raksasanya itu dengan waktu yang sama dengan ku, jadi aku harus menunggu, lagi-lagi harus menunggu dengan kurun waktu yang tidak sebentar. Janji sehidup semati kami, 4 tahun bukanlah hal yang mudah untuk bepacaran Long Distance Relationship atau bahasa gaulnya LDR. Sungguh sesuatu yang bukan main-main lagi.
                Ting Tong... bunyi pengeras suara itu membuat aku terbangun dalam lamunan. Pengumuman itu memberitahukan pesawat yang di tumpaingi kekasih ku itu harus delay selama satu jam, lagi perjumpaan kita harus terundur, aku pun sudah sangat lelah berdiri selama berjam-jam jadi aku memutuskan untuk mencari restauran yang nyaman sambil manunggu. “ada ada saja ini yang mengganggu ku” gumam ku dalam hati sambil aku duduk dengan tenang di sofa lebut. Aku jadi teringat dosa ku yang hampir terlupa, godaan besar menghampiri ketika berada ditahun ketiga aku tidak berjumpa dengan kekasihku. Waktu aku berjalan di mall daerah Pondok Indah, aku bertemu dengan mantanku bernama Ratih. Awalnya aku dan Ratih hanya bertemu dan makan bersama, lagi pula dia hanya sedang berjalan-jalan sendiri. “Memang kenapa tidak jadi menikah?” tanyaku penasaran sesudah dia memberitahukan pembatalan pernikahannya kepadaku. “Karena aku masih memikirkannya” jawabnya pendek. Dia tidak memberitahuku dengan jelas penyebanya. Lalu tak lama dia memintaku untuk mengatarkannya pulang, menuju ke apartemennya. Karena aku sendiri tidak ada kerjaan saat itu, aku pun setuju untuk mengatarnya pulang. Singkat cerita ketika aku sampai didepan pintu apartemennya. Dia mengajakku untuk masuk, aku pun sudah tahu maksudnya. Tapi aku tidak bisa menahan nafsu ku yang terpendam dalam 3 tahun belakangin ini. Dia mulai mendorong ku menuju ke tempat tidur, lalu melumat bibirku dengan bibirnya. Awalnya aku sempat terhipnotis dengan nafsunya, aku pasrah karena aku benar-benar sudah tidak tahan. Sebelum aku melepas bajunya, entah mengapa aku teringat dengan pesan kekasihku, Nadia. Aku pun melempar Ratih kesamping. Aku duduk termenung, memikirkan apa yang telah aku lakukan? Aku mengkhianati Nadia!. “Maaf aku tidak bisa, hati ku hanya untuk Nadia” aku kembali memakai bajuku yang sudah terbuka lalu keluar dari apartemen.
                Kring.... Hp aku berbunyi, lamunanku kembali buyar, ternyata Nadia sudah keluar dari pesawat. Aku buru-buru meninggalkan restoran. Aku berdiri di tempat pintu keluar dan tidak lama aku melihatnya keluar. Aku melihatnya... lebih cantik dari yang kuduga, apakah ini pengaruh dari sudah lama aku tidak melihatnya. Rindu yang sudah tidak tertahankan. Dia mencari ku, namun aku sudah menatapnya lekat-lakat, lalu dia melihat kearahku. Benar-benar sesuatu yang sangat indah, kami pun berpelukan seakan tidak mengenal malu dilihatin orang hanya untuk melepas rindu semata. “Kamu tambah cantilk” pujiku, “kamu makin keren aja”, balasnya aku mengambil barang bawaannya yang banyak sekali, mungkin oleh-oleh. Kami pun berjalan menuju ke pintu keluar. “Jadi apa kamu tetap menepati janji kita?” tanyanya memecah lamunan. Aku terkejut setengah mati. Dia menatapku dari pekukanku ke bahu kirinya dan tetap mendorong troley. “Tetap setia denganku?” tambahnya. “Iyap pasti dong” jawabku . Lalu Nadia mencubitku. “Ah jangan bohong. Jujur deh” . Aku terdiam seakan dia sudah membaca pikiranku dan sedang melihat aku dengan Ratih berduaan di kamar. Aku tersenyum. “Tuh kan... udah lah kamu kan emang kaya begitu orangnya. Nanti cerita aja. Aku gak marah kok, aku yakin cobaan pasti ada dan kamu bisa mengatasinya” dia memelukku erat. Aku merasa ciut, sekarang Nadia sudah lebih dewasa dari pada aku. Aku harus menceritakan cerita ku dengan ratih dan tidak akan mengulangi kejadian itu lagi.

Jumat, 28 Juni 2013

(C) Reuni Angkatan


Sekarang gue melihatnya lagi, dia berbeda dari yang dulu, sangat berberda. “Haii” gue menyapanya. Dia sedang meminum segelas minumannya dan hampir tersedak ketika gue memanggilnya. Dia tidak langsung menyapa, pertama dia mengerutkan alisnya seakan berfikir keras makhluk apa gue ini, kemudian dia barumenyadari keberadaan gue. “Elu Fitri yah??” katanya ragu. Akhirnya....  dia mengenal gue juga. “iya... udah lama kita tidak ketemu” kata gue tapi suara gue sedikit berubah tidak tahu kenapa, seakan gue baru mengenal laki-laki didepan gue ini. “Bagaimana kabarnya?” tanyanya. “Baik kok” jawab gue dengan cepat, perasaan gue seperti bercampur aduk, tidak tahu kenapa. “Yuk ngobrol dulu sebentar” ajaknya. Penyanyi sedang menyanyikan sebuah lagu diatas panggung, suasana pesta juga meriah mungkin dia sedang ingin mengobrol tanpa harus berteriak. Aku mengikutinya, gue tidak lepas-lepas menatap jas hitam yang dikenakannya, terlihat cocok sekali di malam yang pernuh nostalgia. Sesampainya di balkon gedung 6 itu dia bersender di pager pembatas, lalu menatap gue, iya menatap gue. “Elu cocok pake gaun itu” sanjungnya. Gue pun tersipu malu, kemudian kami bercakap-cakap kejadian selama 5 bulan setelah kelulusan kami. Setelah beberapa lama gue ingin menyinggung tentang masa kuliah kami. mungkin dia tidak ingin mengingatnya. Itu masa tersuram yang pernah dialaminya, yang disebabkan oleh teman sejurusannya, oleh gue sendiri.
Jika diingat-ingat, atau mungkin sebaiknya tidak perlu diingat, gue menyakiti hatinya waktu itu. Sejak awal gue masuk kuliah gue berteman dekat dengannya, dia selalu menemani gue ketika gue sedang sendiri entah ke kantin atau ke perpustakaan untuk meminjam buku. Gue pun juga sama, gue selalu mengajarinya belajar, dia sangat susah untuk mengerti mata kuliah di jurusan kami. Gue membantunya belajar sehingga kami bisa lulus tepat 4 tahun dan wisuda bebarengan. Namun kejadian itu berawal ketika kami baru saja lulus skripsi kami, dia menembakku untuk menjadi pacarnya. Awalnya gue ragu untuk menerimanya, karena kami sudah sangat nyaman hanya sebatas teman. Akhinya gue menerima dia. Namun, umur pacaran kami hanya sebatas satu bulan. Gue juga tidak menyangka kenapa gue bisa menjadi perempuan yang sangat cemburuan padahal dia melguekan hal tersebut hanya sebatas fans. Kami bertengkar hebat karena dia lebih menyukai idol group kesukaannya dari pada gue. Setiap minggu, gue harus mennunggunya sampai selesai konser idol itu, harus rela melihat display picturenya yang berfoto perempuan cantik nan mulus itu dan menerima foto kami berdua yang kalah banyak dengan foto idol itu. Yap, gue saat itu sangat cemburu berat hingga semua logika hilang. Dia mencoba untuk menjelaskan secara detail ke gue, tapi tetap saja dimana nafsu yang berjalan di situlah penyelan terjadi. Gue pun lost contact sampai saat ini kami bertemu, bahkan saat wisuda gue muak melihat mukanya dan berusah menghindar bila dia ingin bertemu dengan gue.
"Dorr" kagetnya. Lamunan gue tentang masa lalu buyar seketika dan memaksa gue untuk kembali ke kenyataan. "Ah nggak kok gpp" kata gue yang terlontar dengan cepat. "Dih gpp gimana?" Tanya dia aneh. Sebenarnya bukan dia yang aneh tapi guenya aja yang salting didepannya. Apa gue ungkapkan saja perasaan gue sekarang? Pikiran itu terlintas didalam otak gue. Ah tidak, mana mungkin dia menerima ku lagi. Tapi pikiran itu terus mendesak di otak gue, tidak hanya itu hati lah yang paling mengerikan, dia terus mendorong gue untuk mengucapkannya. “Jadi...” sahut gue yang ingin menanyakan hal tersebut.  “Iya?” dia menatap gue lekat-lekat, matanya seakan membaca pikiran gue, membaca jauh kedalam hati gue. “Gimana perasaan elu ke gue sekarang?” bodoh, itu pertanyaan yang sangat aneh, dia hanya mengerutkan keningnya sebentar lalu menantap jauh ke arah bintang-bintang yang bertebaran di langit. “Sebenarnya.....” ucapnya. Gue menunggu jawaban itu, Tiba-tiba dari dalam terdengar sebuah lagu berjudul Heavy Rotation, kami diam sejenak, lalu tertawa geli seakan masa lalu itu masih tetap melekat dii otak kami, “Jadi sebenarnya...” ucapnya, dan gue menunggunya lagi, namun seseorang memanggilnya  dari arah belakang.  Panggilan untuknya itu bukan namannya? Tapi sebuah panggilan sayang. Dina mendekat, gue masih tidak percaya kalau yang memanggil itu adalah teman dekat gue juga saat kuliah. “lagi apa kalian berdua disini” tanya Dina. Dina langsung menghampiri dia dan menggandeng tangannya. Sejak kapan? Mereka jadian. Suasana menjadi aneh antara gue, Dina dan dia. Untungnya ada seseorang yang memanggil kami untuk masuk kedalam karena acara akan dimulai. Gue berjalan dibelakang melihat mereka berdua bermesrahan. Sejujurnya gue tidak keberatan jika mereka berpacaran atau langsung menikah sekalipun, namun kenapa hati ini selalu berkata sebaliknhya?

Selasa, 11 Juni 2013

(C) Gossip Gebetanku


Jadi begitu ceritanya. Vina mengiyakan sesuatu yang seharusnya iya tidak suka. Iya terpaksa untuk tidak mengungkapkan di depan taman-temannya. Teman-temannya pun tidak memerhatikan terlalu jelas. Namun hanya Fani yang mengetahuinya. Fani terus memandang muka Vina seakan ada sesuatu didalam matanya. Vina pun akhirnya menatap Fani. “Kamu tidak apa-apa Vin?” tanya Fani khawatir. Sudah jelas ada yang salah dengannya. “Nggak kok, aku gpp” Vani menjawab dengan senyum yang pastinya ada sesuatu yang disembunyikan. “Udah tidak usah dipikirin, Dia gak kaya yang mereka omongin tadi kok, mungkin” jelas Fani. Vina tersentak kaget, sampai-sampai dia berhenti untuk melangkahkan kakinya. Seorang SPG hampir saja menabraknya dari belakang. “Udah aku tau kok, yuk kita ke toko sepatu itu” tambah Fani. Vina yang masih tersentak kaget langsung di geret Fani ke toko yang berada di seberang hall mall. “Gimana kamu bisa tahu fan?” tanya Vina, sambil memilih sepatu di rak paling atas. “Ketauan kok Vin dari muka kamu, kamu suka kan sama dia?” ucapan Fani langsung memukul mundur Vina. Vina hanya bisa mengalihkan pandangannya ke arah rak-rak sepatu itu. Tidak lama dia menurunkan kepalanya seperti ada sesuatu dibawah. “Yuk kita omongin aja di foodcourt”
                “Jadi sejak kapan?, kok bisa?” tanya Fani. “Iya, aku sendiri juga gak tau kenapa? Dia itu baik banget, perhatian sama gue..” “Gak kamu doang Vina, semua orang, kata temen-temen dijurusannya dia itu playboy terus sering nidurin cewe gitu” selak Fani. “Iya Fan, tapi kan belum ada yang pernah lihat dia kaya begitu, gosip doang” Vina membela. “Ya aku sih gak maksa, banyak cewe yang jaga jarak sama dia takut jadi korban” tambah Fani. Vina hanya diam dan tidak berkata apa-apa, sibuk melihat sekitar dan orang-orang yang berlalulalang. Kedekatannya dengan cowo itu sangat membuatnya tidak nyaman, banyak yang berperasangka buruk tentang dirinya. Cowo itu banyak teman cewe tapi dia sendiri, mungkin ini yang dirasakan Vani terhadap cowo itu. “Emang udah seberapa dekat?” tanya Fani. “Yah sudah tahap modus-modusin gitu, aku juga udah kasih sinyal lampu hijau kok ke dia” beber Vina. “Buset, sejak kapan tuh, kok gue gak tau” ”yah udah lama lah pokoknya”. Tiba-tiba, mungkin dunia ini sangat lah kecil. Mereka melihat cowo itu, cowo yang mereka omongin dari tadi. Rendi. Mereka berdua sibuk berdebat, disapa, dicuekin, pura-pura gak liat, kabur? “Aduh gimana nih?” mereka berdua bertanya bebarengan.
                “Hai” Disapalah jalan yang mereka pilih. Vina terlihat salting dan Fani justru sebaliknya takut dan males. “Gue lagi sendiri aja, nyariin kamu juga sih hehe” kata Rendy. Muka napsunya sudah terlihat jelas dimukanya, itu yang di pikirkan Fani saat itu juga. “Oh kalo gitu aku tinggal yah kalian berdua” ujar Fani, namun sebelum pergi, Fani berbisik kepada Vina. Hati-hati yah. Fani pun pergi entah kemana. “Jadi? Kok kamu tahu aku ada disini?” tanya Vina. Vina mulai terngiang dengan omongan teman-temannya tentang Rendy. “Yah tau aja, yuk duduk dulu” ajak Rendy. Rendy jalan terlebih dahulu, lalu Vina berjalan dibelakang. Bisa ditebak perasaan Vina sangatlah campur aduk, antara salting dan takut. Mereka duduk tidak jauh dari tempat Vina dan Fani duduk. “Kamu bingung yah?”  Vina kaget, Rendy seakan bisa membaca pikirannya. “Iya gue tahu kok, semua yang mereka omongin itu bener” ujar Rendy. “Maksudnya apa Ren?” Vina pura-pura tidak tahu. “Gue sering mainin hati cewe dan lain sebagainya, kamu pasti tau kan?” Vina terdiam, dia heran dengan Rendy, Mengapa cowo bisa mengungkapkan kelemahannya di depan cewe yang dia  suka dan baru sekedar gebeta.  “Lalu?” Wajah Rendy memerah, terlihat sedih, dia menyesali semua perbuatannya. Vina yang merasa kasihan, memegang tangan Rendy. Dia tahu, Rendy butuh seseorang untuk mengubah hidupnya. Rendy tersentak kaget. “aku kesini untuk nembak kamu, aku sayang banget sama kamu Vin, tapi seperti ini, aku janji kalau kamu nerima aku. Aku akan berubah. Semuanya.  Jadi apa jawaban kamu?”  Dunia hening seketika. Lalu... “Iya Ren aku mau” 

Senin, 27 Mei 2013

(C) Tepi Sungai


Aku tidak akan pulang sampai kamu kembali kepada ku , aku yang salah. Baru pertama kalinya aku meelakukan kesalahan terbesar dalam hidup ku. Hanya dia satu-satunya dalam hidup ku. “Sarah...” suaraku lantang menjerit ke berbagai arah, tak henti-hentinya aku memusatkan perhatian ke arah sungai dan sekitarnya. Aku berjalan dibebatuan yang amat licin. Ini adalah tanggung jawabku. “Sarah....” sekali lagi aku menjerit, mungkin sudah ratusan kali aku memanggilnya. Aku mencoba terus berjalan melawan aliran sungai ini. Pikiranku kacau balau, tidak mengerti apa yang terjadi. Aku mengingat pesan sarah saat pertama kali datang kesini. Maukah kau menemani aku. Sebuah kalimat yang baru pertama kali diucapkannya. Aku tidak menjawab, hanya sebuah senyuman yang gue lontarkan. Dia pun membalasnya dengan senyuman, lalu dia masuk kedalam tenda. Selama berkemah, Sarah jarang untuk bergabung dengan pekemah lainnya. Dia menghabiskan waktu didalam tenda dan melihat sebuah foto, foto kenangan saat bulan madu kita di pulau Jeju, Korea. “Kamu kenapa?” aku sengaja mengagetkannya. “Nggak kok gpp” lalu dia merubah aplikasi di tabnya. “Kok kamu aneh yah, sekarang-sekarang ini” tanya ku memberanikan diri. Dia terlihat kaget dan melemparkan guling ke mukaku. “Dasar.... ngawur kamu” wajahnya mengejek. Lalu mendorong ku ke matras. “Kira-kira kedengeran gak yah?” dia menggodaku. Aku hanya tersenyum, posisinya sekarang diatas aku. “Ya tergantung, lagi pengen banget apa tidak” jawab ku, untung aku mendirikan tenda ini di paling pinggir jadi tidak banyak orang yang mondar mandir. Yah aku tidak perlu menceritakan Hal selanjutnya pada kalian.
“Sarah.... Sarah....Sarah....” hari sudah menjelang malam aku tidak bisa menemukannya. Kakiku sudah pegal, sudah berkilo-kilo aku di tepi sungai ini. Matahari sudah tidak terlihat hanya cahayanya yang kini kian meredup. Aku berusaha mendirikan sebuah tenda dari keletihanku. Tidak berhenti-berhentinya aku menangis dan menyesali keputusan aku tadi siang. Tapi keletihan aku ini melebihi semua penyesalan ku. Aku pun tertidur. Pagi-pagi sekali aku dan sarah mengikuti Rafting, namun karena kami sudah terbiasa kami berdua berjalan sendiri tanpa ditemani oleh seorang pemandu. Selain itu kami juga menyukai tantangan. Jadi pilihan inilah yang kami ambil. Pilihan yang sangat salah. Ternyata arus di sungai sangat deras, perahu kami terbalik dan kami berdua terpisah entah kemana. Aku pingsan terbawa arus. Saat aku tersadarkan diri, aku tersangkut di sebuah bebatuan. Sarah tidak ada disampingku. Matahari terbit, cahayanya membuatku terbangun. Aku harus mencarinya hingga ketemu. Aku melipat tenda ku dan pergi mencarinya. Jalan mulai tidak semulus kemarin. Aku harus berjalan menjauhi sungai karena tidak ada jalan di tepi sungai. Jalan didominasi menanjak, memasuki hutan lalu keluar lagi kearah sungai. Aku menyiapkan sebuah teropong untuk bisa melihat sungai lebiih jelas. Tebing-tebinbg di sebelah kiriku semakin tinggi, begitu juga di sebelah kananku sungainya semakin jauh kebawah. “Mengapa aku bisa selamat dari arus sungai sekencang ini?” pikirku dalam hati.  “Sarah.....” aku menerikan namanya sekali lagi. Tak jarang gema membantuku untuk memantulkan suara itu.
Aku terdiam. Aku memastikan dengan teropong ini. Ternyata tidak salah lagi. Aku berlutut. Aku lemas. Aku tahu itu Sarah, aku tidak perlu memanggilnya lagi. Dia sama sepertiku tersangkut dibebatuan tapi posisinya berbeda denganku. Posisinya terlungkup. Dengan muka berada didalam air. Kenapa? Kenapa berakhir seperti ini Air mata aku menetes hidupku seakan hancur seketika. Tapi aku sudah memutuskan aku sudah berjanji akan menemaninya. Aku pun menghampiri Sarah, sangat cepat aku menghampirinya. Tidak ada jalan menuju kebawah. Tapi toh aku masih bisa menghampirinya. Bisa menjemputnya. Atau kata yang lebih tepat dijemput oleh Sarah untuk bersamanya. Aku melompat dari tebing. 

Selasa, 21 Mei 2013

(C) Kesetiaan


Angin kencang menerpa kaca di kamar itu, suara gebrakan kencang dari samping kanannya membuatnya terbangun. Dia terjaga disetiap malam, tidak tahu apa yang harus dikhawatirkan dan apa yang harus dia lakukan. Dia kembali terlelap, mungkin terlelap dalam mimpi yang membuatnya akan terbangun semalaman ini. Malam dengan bulan pucat seperti wajah seorang wanita sesudah bersenggama. Lagi-lagi dia mulai terbangun melihat kearah yang sama didepannya. Dia tersenyum, senyumannya seperti tiga tahun lalu, dimana suasana disana seperti bunga mawar yang bermekaran di musim semi. Ketika cinta mereka bersemi. Mungkin aku tidak bisa menceritakan cinta mereka lebih lanjut, yang pasti cinta itu sangatlah setia dan sejati. Tidak ada yang bisa memisahkan mereka, tapi mugkin saja bisa. Dunia tidaklah semudah yang kita kira. Hari ini matahari terbit, dia tertidur pulas, semalam dia seperti orang aneh. Merem, melek, merem, melek... selama berjam-jam. Kasihan sekali rasanya. Sinar matahari mulai menyinari ruang kamar. Hangat dari dingin malam ditambah dengan AC berunjuk pada suhu 22 derajat. Dia terbangun, rambut panjangnya lecek di gesek oleh kursi tidurnya, mukanya pun tidak kalah lesu di makan oleh keletihan semalaman. Dia memerhatikan ranjangnya lagi, seakan harus ada yang diperbaikinya. Dia mendekati, badanya letih tak bertenaga, matanya masih setengah terbukan, kalo disamakan dengan lampu, mungkin sebesar 5 watt.
Diatas aku melihat ada sebuah penampakan. Penampakan malaikat, cantik, indah, menemani indah mimpiku. Aku pun bersyukur. Itu bukan hanya sekedar mimpi namun sebuah kenyataan. Dia tersenyum seakan menunggu sesuatu , tapi toh aku hanya membuka mata saja, seperti orang normal ketika bangun dari tidurnya. Tangannya mulai membelai rambut ku serta pipi ku. Lebut sekali tangannya, aku terbangun seluruhnya. Kami berdua bertatapan, dia selalu terseyum untuk ku. Aku melihatnya pergi, aku sedih, tapi aku sadar dia tidak mungkin berada di sampingku terus. Lebih tepatnya berada dihadapan ku. Diam. Suasana hening. Aku berharap dia hanya meninggalkan ku sementara, mungkin ke toilet atau mandi, karena ini kan masih pagi. Aku teringat ketika aku memberitahukan dia tentang siapa aku ini sebenarnya. Aku melihatnya sedih, kecewa, agak lama untuk menunjukannya senyuman kearah ku. Dia hanya berkata “Tidak apa-apa yang penting kamu berusaha dulu, jangan menyerah” kata-kata itulah yang membuat aku kuat seperti ini. Melawan diri sendiri. Sesuatu yang sangat susah untuk dilakukan. Lukanya tidak terlihat namun sangat parah dan sakit, lebih sakit dari pada terlindas oleh truk. Aku kembali ke kata-katanya tadi, aku tidak tahu apakah dia berbohong atau tidak. Tapi setelah hari demi hari berlalu di ruangan ini aku yakin tidak. Dia pasti akan menunggu ku .Menunggu untuk selamanya.
Aku sudah tidak tahan 2 minggu lamanya sudah aku dikamar ini. Menunggunya. Aku selalu berdoa kepada Tuhan, kenapa aku menghadapi cobaan ini, apakah aku harus melanjutkannya atau memilih yang lain. Memilih orang lain yang dapat menuntun ku ke masa depan yang lebih baik. Tapi, aku mencintainya, aku sudah mengorbankan seluruh cintaku padanya. Dan harus berakhir seperti ini. Kenapa? Kenapa Tuhan memilih dia untuk penyakit ini. Dia sudah tidak lagi bisa disembuhkan. Hanya tinggal menunggu waktu. Aku sudah berjanji padanya untuk tidak meninggalkannya ketika Ia menjemput ajalnya. Tapi..... aku menghianatinya. Kemarin aku meninggalkannya di rumah sakit. Pagi hari aku tersenyum padanya, untuk memberitahukan sesuatu. Dia hanya melihatku dengan tabung oksigen di mulutnya, badannya sudah tidak bisa bergerak hanya bola matanya saja yang dengan lekatnya melihat mataku. Kini aku tidak dapat melihat matanya lagi. Tinggal lah sebuah gundukan tanah yang menguburnya dengan batu nisan yang bertuliskan namanya. Aku berdiri disampingnya bersama suami ku yang kunikahi kemarin.  

Rabu, 15 Mei 2013

(C) Restoran Puncak


Aku dengannya disini, tapi itu seakan tidak membuatku merasakan sesuatu disini. Dia diam saja dan tidak berkata apa-apa. Jiwanya seakan melayang kemana-mana dan hanya badannya yang berada didepan ku ini. Dia menyeruput segelas es jeruknya, lalu kembali memandang ke arah kiri. Kearah hamparan luas sawah dan pengunungan. Seharusnya aku juga menikmatinya di restoran yang berada di daerah puncak ini. Tapi aku hanya terpaku padanya, aku menginginkan dia berkata sesuatu, sesuatu, apapun itu. Aku menunggunya. Semenjak dia sampai di tempat ini, ia seperti patung bisu. Sekali lagi aku menunggu.
Hingga dia pun akhirnya berdiri. Tidak ada sebab ataupun akibat yang membuatnya berdiri. Aku yang sedang memerhatikannya pun ikut terkejut. “Ada apa?” tanya ku. Aku memandangnya dengan lekat, tanpa berkedip sedikitpun. “Ikut aku” katanya . Dia menuju ke sebuah pojok restoran yang berujiung pada sebuah dermaga yang menjorok ke tebing. Aku mengingatnya, 3 tahun yang lalu dia membawa ku ketempat ini. Dia menyatakan sebuah kata-kata yang amat indah di hatiku. Kata-kata yang tidak akah hilang dalam hidupku, sebuah kata cinta yang meluluhkan hati. Tapi itu sudah lama, sebelum aku mengambil S2 di luar negeri. Mungkin hatinya seperti tertimpa beribu-ribu ton beras ketika mendengar hal itu, saat itu dia belum menyelesaikan S1nya.
Ketika dia menyelesaikan S1nya, aku juga selesai S2 aku di tahun yang sama. Aku pun pulang membawa gelar S2 untuk bekerja di Jakarta. Dia menjemputku dibandara dan membawanya ke tempat ini. Dan sekali lagi aku katakan, aku menunggu kata-katanya, sudah lama kami tidak bertemu dan mengobrol 2 tahun lamanya. “Jadi...” dia mulai mengeluarkan suaranya. “Iya?” aku berusaha memancingnya untuk mengatakan sesuatu. “Apakah sebaiknya hubungan kita di sudahi saja?” deg.... tubuhku mematung, apa aku tidak salah dengar? Dia menginginkan putus? “Hah?maksud kamu beb? Kenapa harus putus? Kita udah pacaran lama, aku pun ingin kamu melamarku, aku ingin sekali mendampingi mu dan hidup bersama kamu” kataku panjang.
Dia lunglai diatas bambu pembatas. Aku berada tepat dibelakangnya. Aku tidak bisa memahami maksudnya. “Aku baru saja lulus S1 dan belum mendapat pekerjaan, sedangkan kamu sudah punya S2 kerjaan pun mengantri didepan kamu, bagaimana aku dianggap orang nantinya. Aku yang menjadi suami nanti bukan kamu? Aku yang harus menafkai keluarga “ kata-katanya membuat aku shok setengah mati. Ini kah maksudnya? Jadi ini yang menyebabkan dia ingin putus dengan ku. Aku tidak mengerti harus berkata apa. Semua yang dikatakannya benar. Kita memang di angkatan yang sama saat kuliah. Nilai aku saat kuliah bagus-bagus dengan 24 sks setiap semesternya. Lain dengannya, banyak mata kuliah yang mengulang, mendapatkan nilai C pun sudah Alhamdulialah.
Aku mendekatinya, matanya masih menatap kearah matahari yang sudah berada diufuk siap tenggelam bersama cinta kami. Aku memeluknya dari belakang, kepala aku senderkan dipunggungnya. Aku memeluknya dengan erat tidak menginginkan dia pergi meninggalkan ku. Sudah banyak kenagan yang sudah kami lewati berdua . Aku tahu dia pasti masih mencintaiku, dia masih sayang pada ku, hanya sebuah jenjang yang membedakan kami sekarang. “Beb” dia memanggil. “Iya apa?” aku berusaha positive thinking apa yang akan dikatakannya. “Maaf beb, aku tidak bisa, sekarang perbedaan kita sudah jauh, kita sudah tidak sama seperti dulu, mahasiswa baru yang kere, mau makan harus ngutang dulu” bebernya. Aku tersenyum mendengar kata-katanya. Aku eratkan pelukanku. Tidak, aku tidak akan melepaskannya apapun yang terjadi.  

Rabu, 01 Mei 2013

(C) Telepon Rumah


Kring....  Kring....
“Halo”
“Halo Beb” Pacar ku menelepon, waw senang sekali rasanya.
“Ada apa beb? Tumben nih nelpon biasanya aku duluan” jawab ku senang.
“Lagi kangen aja, kamu lagi ngapain?”
“Biasa ini lagi belajar” aku mulai senyum-senyum sendiri.
“Oh... yaudah kalau begitu met malam beb”
“iya, met malam juga” akhirnya aku tidak harus buang-bunga pulsa untuk menelponnya.
Jleb........

Kring.... Kring....
“Halo, tadi gimana ulangan Kimianya Sukses?”  tanyaku
“Sukses dong sayang, kan kamu yang ngajarin”
“Bisa aja kamu, terus ini sekarang lagi apa?” tanya ku lagi.
“Dari kemaren nanyanya lagi apa melulu?”
Gue mulai kehabisan kata-kata, maklum udah lama banget nih pacaran. Semua  gombalan untuknya dah habis.
“Aku tadi abis ulangan matematika loh susah banget” aku mencoba mencari obrolan yang lain.
“ooo haha, yaudah yang pentingkan udah belajar, dah ... aku mau tidur dulu”
Jleb...........
Sepertinya dia bete

Kring....Kring.....
“Halo” aku mengangkat telpon
“Dek kalo nelpon jangan lama-lama dong tagihannya besar nih”
Waduh!!! Nyokap gue....
“Iya mah, lain kali gak telpon lama-lama”
“Kamu nelpon siapa sih? Pacar yak? Jangan Pacaran melulu Belajar makanya”
Gong-gongan  Nyokap pun meraung-raung di telinga ku, seperti rentetan peluru senapan mesin di perang dunia kedua.
“Nggak ah, perasaan mama aja kali”
Aku berusaha mengelak, yah walaupun nanti ada bukti yang akan di tunjukan
“Enak aja, ini mama bawa buktinya”
Tuhkan baru di bilang
Jleb..........
Aku menutup telponnya secara paksa.

Aku berfikir keras, bagaimana jika mama tahu aku selalu pacaran di telpon, aku kan cowo yang udah dewasa. Yang bisa ngatur kapan belajar kapan pacaran. Begitu saja marah-marah. Nyebelin banget. Gue gak suka sama nyokap gue.

Malam itu mama membuka selembaran tagihan telpon, yang detailnya tertulis juga disitu. Ada satu nomor yang selalu muncul. Yaitu 021-2456098. Yah benar itu nomor telpon pacar ku. Habislah aku kena omel mamah.

Catatan tagihan telpon rumah:
08765213444: Nyokap
08174647839: Santi
0937323234: Ike
021-34444888: rumah Dede
08123456709: Joko
021-2456098: Rumah Joko 

Rabu, 24 April 2013

(C) Apakah aku bisa seperti mereka??



Jalan? Aku sudah biasa melakukan itu, kalau pun teman gue menyuruh gue naik ke mobil tapi aku tetap saja menginginkan jalan, yah , walaupun aku sendiri sepertinya tidak memungkinkan untuk berjalan jauh. “brukk” Rena dengan sigap menangkap aku. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Rena peduli. “Nggak kok gpp hehe, makasih” ujar ku dengan ramah. Aku pun kembali berjalan. Kemudian Nattali yang berada disamping kiri ku menyuruh ku untuk naik taksi. “Nggak kok Nat, jalan aja” kataku. Sebenarnya bukan aku yang tidak peduli dengan kepedulian mereka terhadap aku, tetapi aku ingin seperti yang lainnya. Seperti perempuan normal. Aku melihat jam, yang ternyata sebentar lagi jam kuliah akan dimulai. Tersisa 10 menit lagi. “Nat, Ren kalian duluan saja, sebentar lagi masuk” ujar aku. “Nanti kamu gimana?” tanya Nattali. “Udah kita barengan aja sampai kelas” tambah Rena. Kami pun sampai didepan  gedung kuliahku, tetapi kelas ku sekarang berada dilantai empat. Rena dan Nattali membantu ku untuk menaiki tangga. Tidak jarang aku hampir terpelesat. Tepat pukul 08.15 aku sampai didepan kelas. Greeekk. “Maaf pak terlambat” kata kami bertiga. “Kalian dari mana saja, ayo cepat masuk” kata Pak Tono. Untungnya mata kuliah sekarang ini yang mengajar Pak Tono, dia baik masih mengizinkan murid yang lainnya masuk jika terlambat.

Aku menempati kursi disamping Ghina yang berada di baris ke tiga. Hari ini aku sama sekali tidak menyimak pelajaran Pak Tono. Aku berfikir, apa yang terjadi pada aku sekarang? Kenapa semua orang membuat pengecualian kepada ku? Aku tahu aku sedang sakit, ini adalah penyakit teraneh yang aku derita. Kaki aku jadi cacat seperti ini karena sebuah virus yang menyerang saat aku terkena penyakit typus beberapa bulan yang lalu. Virus itu menyerang sel-sel yang ada di kaki ku jadi cara jalan aku terganggu. Boleh dibilang seperti pinguin. Namun aku tidak ingin di perlakukan seperti ini. Banyak keringanan yang aku dapat. Aku ingin seperti perempuan lainnya. Tanpa sadar aku menetaskan air mata dan menetes membasahi buku ku. “Kamu gak apa-apa Nad?” tanya Ghina yang mungkin melihat aku menangis. Aku pun terlonjak kaget lalu segera menghapus air mata ku. “Gpp aku baik-baik saja”. Pelajaran Pak tono pun selesai, aku tidak tahan untuk segera pergi ke kamar mandi. Kebelet pipis. Aku pun beranjak dari kursi ku lalu menuju kekamar mandi. Aku melihat Nattali dan Rena sedang asik mengobrol dengan yang lainnya. Aku tidak ingin menggangu mereka hanya untuk menemani aku ke kamar mandi. Aku pun pergi sendirian.

Aku lupa kalau kamar mandi tidak ada dilantai empat, aku harus turun ke lantai tiga. Aku melihat tangga, seperti melihat sebuah tepi jurang. Aku harus bisa melewati ini, aku tidak mau merepotkan yang lain ujar ku dalam hati. Aku turun satu langkah, lalu langkah kedua, disusul langkah ketiga. Aku berhasil sampai di pertengahan anak tangga. Aku kembali menuruni anak tangga itu lagi. Tapi, ketika aku menuruni anak tangga terakhir aku terpeleset dan jatuh. Untungnya aku dapat menahan jatuh ku memakai tangan. Brukk, adohhh aku menjerit. Aku melihat seseorang menghampiri aku. Aku mengira itu salah satu dari Nattali atau Rena. “Kamu baik-baik saja” ujarnya. Aku terkaget.  Bukan suara perempuan, tetapi suara laki-laki. Dia membantuku untuk berdiri. “Makasih yah” kataku kepadanya. “sama-sama” balasnya. Ini pertama kalinya, aku merasakan hal yang berbeda bertemu dengan laki-laki. Perasaan apa ini? “Nadya... Kamu kemana aja?, Kita khawatir” Nattali memanggil dari atas diikuti oleh Rena. Aku pun melepaskan pandangan dari laki-laki itu, lalu kami meninggalkannya. Ketika aku melihat kebelakang, dia masih melihatku dengan senyumannya yang manis. “Rena, Nattalie” aku memanggil mereka berdua. “Iya kenapa?” “Sepertinya aku jatuh cinta sama laki-laki tadi” kataku polos, mereka memandang ku kaget. Wajahku memerah. “Ehh Cieee.... tenang nanti kita bantuin” ujar Rena. Tetapi apakah dia tahu kalau aku itu perempuan cacat? Aku tidak bisa berjalan dengan normal? Apakah aku bisa berpacaran seperti perempuan lainnya?

Selasa, 09 April 2013

(C) Cintaku Seawet Rainbow Cake


“Hai” perasaaan gue deg-degan ketika ingin menyapanya. Yah.. padahal gue ingin mendapatkan banyak teman saja tapi, perasaan gue malah menjadi sesuatu yang tidak mengerti. Teman-teman SMA gue yang diterima di fakultas ini sangat sedikit (maklum lah fakultas fovorite gitoh...) jadi mau tidak mau gue harus mendapatkan teman baru. Di hari-hari sebelumnya gue sudah mendapatkan banyak teman baru.  Tapi kayaknya kurang banyak. “Hai, kita satu kelas yak?” dari cara berbicaranya saja saya sudah sangat manis ditampah wajahnya yang sangat lucu seperti kucing anggora kepunyaan gue yang selalu manja di pangkuan gue. “Iya sepertinya, hehe. Gue Genta salam kenal” gue menyodorkan tangan gue kedepan. Seperti perkenalan biasa kami berjabat tangan dan dia memperkenalkan dirinya “Gue Junita” Suasana pun kembali tenang agak aneh, Yah boleh dibilang bahasa gaulnya awkward. Seselesainya sesi daftar ulang kami duduk bareng di balkon, di sebuah tangga. Kami saling bercerita satu sama lain, dimana kami tinggal, dimana kami ngekos atau dimana kami bersekolah, yah pokoknya semua pertanyaan-pertanyaan yang termasuk 5w 1H lah ya.... sekaligus speak-sepeak gitu deh. Disitulah percakapan pertama kami walaupun agak awkward sih.. tapi sesuatu yang sangat penting dalam perkenalan perempuan adalah pin Bbnya. Ungtungnya gue mendapatkannya, malah bukan gue yang nanya, tapi dia yang minta pin bb duluan ke gue. (Geer)

Singkat cerita (kalo di jabarin terlalu panjang gan) gue dan Junita sering berbales sms disetiap harinya, gue sering membuatkannya editan-editan fotonya yang gue buat di photoshop. Gue juga tidak tahu mengapa gue menjadi care dengan nya. Apakah gue mencintainya? Atau hanya sekedar nafsu belaka untuk punya pacar. Yah gue sendiri juga tidak mengerti. Gue tidak ingin seperti dulu dimana selalu mempermainkan hati seorang cewek. Php lah atau selingkuh dengan cewek lain. Gue tidak mau seperti itu, mungkin yang gue raskan sekarang ini juga sama seperti dulu. Jadi beberapa cara gue lakukan untuk mundur menjauhinya. Tapi ini justru menjadi bumerang buat gue. Setelah menceritakan hal ini ketemen gue yang bernama Peny dan Dina, mereka justru memaksa gue untuk melanjutkan hubungan yang tidak jelas ini. “Dicoba dulu siapa tau di terima” kata Dina, “cewek kayak gitu pasti setia deh, tembak aja pasti diterima” ujar Peny. Kata-kata mereka masuk kedalam otak gue dengan cepat dan menstimulasi semua saraf yang membuat gue berfikir ulang. Akhirnya gue melakasanakan ujaran dari dua makhluk di bawah rata-rata itu. Dan dimulailah gladi resik.
Disuatu mall di daerah yang tidak asing lagi. Gue dan temen gue (kali ini cowok) mengatur strategi untuk menembak Junita. Kami mengatur dimana tempat paling cocok dan lain sebaginya . Tapi ada satu yang paling penting saat penembakan. Yaitu Rainbow Cake. Kue yang sangat Junita senangi. Gue pun menyuruh Genan untuk membelinya. Karena posisinya sudah begini jadi gue beli berapa harganya itu Rainbow cake....


35 Desember 2022
Hari dimana gue menembaknya...... dan jawabannya adalahnya  "DI TERIMAAAAAAA............" 
Gue pun senang sekali dan tidak mengerti mau ngomong apa lagi.
Tapi...


36 Desember 2022
“Ta kita temenan aja yah, gue kecewa sama tulisan lu di blog, maaf” Persaan gue hancur berkeping-keping padahal di blog ini hanya lah sebuah cerita saja yang memang hobi gue menulis sesuatu. Mungkin tulisan ini membuat 3 orang teman gue juga marah disebut-sebut namanya dan gue masih belom bayar utang Rainbow Cake terlebih lagi Junita sendiri mungkin sudah gondokan. Yah mungkin ini adalah takdir karena Rainbow Cake yang gue kasih sudah abis dimakannya. 

Selasa, 02 April 2013

(C) Mungkinkah?


Ini hari yang sangat menyenangkan, gue bersama dengan pacar berjalan-jalan di sebuah taman. Taman ini sudah sering gue kunjungi setiap sore bersama pacar untuk melepas penat seharian kuliah. Gue dan pacar gue berbeda fakultas, namun kami di angkatan yang sama. Tidak ada obrolan sepanjang ini, hingga pacar gue mengatakan sesuatu “Ngomong kek, dari tadi diem aja”. Aku tersenyum lebar, gue memang orang yang malas ngomong. “Gimana skripsinya?” tanya gue memecah keheningan. “Yah, gitu deh, dah jadi sih, tinggal nunggu sidang aja, kamu sendiri gimana?” balasnya ke gue. “Ya sama juga” jawab gue. Kemudian kami duduk di salah satu bangku taman. Kami membicarakan semua tentang skripsi kami. “Lihat deh, itu anak yang pake kaos kuning lucu banget” Kata Vanna yang mengalihkan topik. “Iya, luc—“  gue tidak bisa menuruskan perkataan gue, seluruh tubuh gue tebujur kaku kesakitan. Gue pun berusahan menyembunyikannya dari Vanna, tapi semakin lama semakin parah. “Beb, kamu gpp?” tanya Vanna. Tadinya Vanna kebingungan melihat sikap gue seperti ini, tapi dia akhirnya mengerti penyakit gue sedang kambuh. Vanna pun langsung mengambil alat pembantu pernapasan dari tas gue. “Udah tenang beb, jangan di lawan” Vanna memeluk gue. Badan gue kejang-kejang tak karuan. Untungnya alat pernapasan ini membantu gue. Kejang-kejang gue perlahan hilang dan badan gue kembali tenang.
Vanna pun membuka pelukannya. “Beb, udah gak kejang lagikan?” tanyanya prihatin. Gue lelah akibat kejang-kejang tadi jadi gue hanya bisa menggeleng. “Yaudah, ayo kita pulang”. Stamina gue belum kembali pulih jadi beberapa kali gue harus istirahat duduk. Vanna dengan ikhlasnya mengurus gue yang sakit ini. Sesampainya di tempat kos gue, gue langsung tepar, hari sudah malam sekitar pukul 20.00. Vanna langsung menuju dapur belakang dan membuatkan gue nasi goreng. “Van, udah gak usah nanti aku aja yang buat, kamu pulang aja ke kosan” kataku. “Gak kok beb gpp. Aku mau ngurusin kamu dulu” jawabnya santai. Vanna pun kembali ke dapur, tak lama kemudian Vanna membawakan dua piring nasi goreng lengkap dengan telur dan sayurannya. Kami makan berdua di kosan. Setelah selesai makan Vanna bertanya yang membuat gue kaget, “Boleh gak aku nginep disini?” “Yah terserah kamu, lagi pula ini udah malam” jawab gue. Vanna kebinguan ketika ingin tidur dimana, dia pun naik ke keranjang gue. “Maaf ya jadi sempit nih” gue hanya terdiam, melihat Vanna terlentang di samping gue. Tapi, hasrat gue memuncak, ingin melakukan hal yang tidak-tidak. Gue pun berusaha menahannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun... “Beb, kamu mau gak jadi guling aku” kalimat itu terlontar begitu saja. Aku melihat tatapannya yang bingung. “Boleh beb, tapi jangan macem-macem yah, awas kamu!!” gue hanya tersenyum “Makasih ya beb, atas semuanya tadi” “Iya sama-sama “ dan kami tertidur lelap.
...
Beberapa minggu kemudian, kami sidang skripsi dan kami berdua lulus dengan nilai yang memuaskan. Untungnya kami berdua sudah dapat pekerjaan, walaupun wisuda masih menunggu waktu. Namun, gue malah semakin deg-degan gak karuan. Gue ingin melamar Vanna. Gue ingin dia menjadi pendamping hidup gue selamanya. Tapi  gue sangat ragu dengan keadaan gue ini, yang berpenyakitan. Mungkinkah dia mau?.  “Van, aku pengen ngomong sesuatu nih” kata gue. “mau ngomongin apa sih? Kok kayaknya penting bener” Vanna tersenyum lebar. Gue yakin dari senyumannya, dia tahu apa yang akan gue lakukan. Gue mengajaknya ke taman kampus yang baru. Taman yang sangat Indah dan pastinya sepi, tidak banyak orang. Gue pun memberikannya sebuah cincin sambil berkata “Mau kah kau menikah dengan ku?, walaupun aku ini mempunyai penyakit aneh yang akan memngganggu keluarga, keuangan dan mungkin wak—“ Vanna menutup bibir gue dengan satu jarinya. Lalu mendekat perlahan. “Apapun keadan kamu, aku mau menikah dengan mu”  Vanna memasukan jari manis kanan ke cincin yang aku pegang.  

Senin, 25 Maret 2013

(C) Apakah aku bisa seperti mereka?

Jalan? Aku sudah biasa melakukan itu, kalau pun teman gue menyuruh gue naik ke mobil tapi aku tetap saja menginginkan jalan, yah , walaupun aku sendiri sepertinya tidak memungkinkan untuk berjalan jauh. “brukk” Rena dengan sigap menangkap aku. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Rena peduli. “Nggak kok gpp hehe, makasih” ujar ku dengan ramah. Aku pun kembali berjalan. Kemudian Nattali yang berada disamping kiri ku menyuruh ku untuk naik taksi. “Nggak kok Nat, jalan aja” kataku. Sebenarnya bukan aku yang tidak peduli dengan kepedulian mereka terhadap aku, tetapi aku ingin seperti yang lainnya. Seperti perempuan normal. Aku melihat jam, yang ternyata sebentar lagi jam kuliah akan dimulai. Tersisa 10 menit lagi. “Nat, Ren kalian duluan saja, sebentar lagi masuk” ujar aku. “Nanti kamu gimana?” tanya Nattali. “Udah kita barengan aja sampai kelas” tambah Rena. Kami pun sampai didepan  gedung kuliahku, tetapi kelas ku sekarang berada dilantai empat. Rena dan Nattali membantu ku untuk menaiki tangga. Tidak jarang aku hampir terpelesat. Tepat pukul 08.15 aku sampai didepan kelas. Greeekk. “Maaf pak terlambat” kata kami bertiga. “Kalian dari mana saja, ayo cepat masuk” kata Pak Tono. Untungnya mata kuliah sekarang ini yang mengajar Pak Tono, dia baik masih mengizinkan murid yang lainnya masuk jika terlambat.

Aku menempati kursi disamping Ghina yang berada di baris ke tiga. Hari ini aku sama sekali tidak menyimak pelajaran Pak Tono. Aku berfikir, apa yang terjadi pada aku sekarang? Kenapa semua orang membuat pengecualian kepada ku? Aku tahu aku sedang sakit, ini adalah penyakit teraneh yang aku derita. Kaki aku jadi cacat seperti ini karena sebuah virus yang menyerang saat aku terkena penyakit typus beberapa bulan yang lalu. Virus itu menyerang sel-sel yang ada di kaki ku jadi cara jalan aku terganggu. Boleh dibilang seperti pinguin. Namun aku tidak ingin di perlakukan seperti ini. Banyak keringanan yang aku dapat. Aku ingin seperti perempuan lainnya. Tanpa sadar aku menetaskan air mata dan menetes membasahi buku ku. “Kamu gak apa-apa Nad?” tanya Ghina yang mungkin melihat aku menangis. Aku pun terlonjak kaget lalu segera menghapus air mata ku. “Gpp aku baik-baik saja”. Pelajaran Pak tono pun selesai, aku tidak tahan untuk segera pergi ke kamar mandi. Kebelet pipis. Aku pun beranjak dari kursi ku lalu menuju kekamar mandi. Aku melihat Nattali dan Rena sedang asik mengobrol dengan yang lainnya. Aku tidak ingin menggangu mereka hanya untuk menemani aku ke kamar mandi. Aku pun pergi sendirian.

Aku lupa kalau kamar mandi tidak ada dilantai empat, aku harus turun ke lantai tiga. Aku melihat tangga, seperti melihat sebuah tepi jurang. Aku harus bisa melewati ini, aku tidak mau merepotkan yang lain ujar ku dalam hati. Aku turun satu langkah, lalu langkah kedua, disusul langkah ketiga. Aku berhasil sampai di pertengahan anak tangga. Aku kembali menuruni anak tangga itu lagi. Tapi, ketika aku menuruni anak tangga terakhir aku terpeleset dan jatuh. Untungnya aku dapat menahan jatuh ku memakai tangan. Brukk, adohhh aku menjerit. Aku melihat seseorang menghampiri aku. Aku mengira itu salah satu dari Nattali atau Rena. “Kamu baik-baik saja” ujarnya. Aku terkaget.  Bukan suara perempuan, tetapi suara laki-laki. Dia membantuku untuk berdiri. “Makasih yah” kataku kepadanya. “sama-sama” balasnya. Ini pertama kalinya, aku merasakan hal yang berbeda bertemu dengan laki-laki. Perasaan apa ini? “Nadya... Kamu kemana aja?, Kita khawatir” Nattali memanggil dari atas diikuti oleh Rena. Aku pun melepaskan pandangan dari laki-laki itu, lalu kami meninggalkannya. Ketika aku melihat kebelakang, dia masih melihatku dengan senyumannya yang manis. “Rena, Nattalie” aku memanggil mereka berdua. “Iya kenapa?” “Sepertinya aku jatuh cinta sama laki-laki tadi” kataku polos, mereka memandang ku kaget. Wajahku memerah. “Ehh Cieee.... tenang nanti kita bantuin” ujar Rena. Tetapi apakah dia tahu kalau aku itu perempuan cacat? Aku tidak bisa berjalan dengan normal? Apakah aku bisa berpacaran seperti perempuan lainnya?

Sabtu, 02 Maret 2013

(C) SIN


                     Kisah ini seharusnya tidak akan pernah di ketahui oleh siapa-siapa , kecuali gue dan Tuhan yang diatas. Tak seharusnya pula kisah ini dituliskan di sebuah kertas polos yang masih perawan, dan tak seharusnya pula kisah ini diketik disebuah komputer yang nantinya akan mengotori dirinya. Sebuah kisah dimana gue menampung banyak dosa dihati yang kelam ini. Gue sendiri tidak menyangka bisa sejauh ini. Meninggalkan semua orang yang kucintai dan kusayangi. “Sayang, aku aku capek banget” Kirana menngagetkan gue dari belakang. Dia duduk di pangkuanku, erangan manja mulai muncul secara tiba-tiba. “Yaudah kamu tidur dulu aja” jawab gue dengan kasih sayang. Kemudian dia mencium gue dengan nafsu yang membara, namun gue melepaskan ciuman itu dengan paksa, “Sayang aku mau nyelesaiin tugas aku dulu ini” kata gue dengan nada tinggi. Dia tersenyum, bangun dari pangkuan, dan tidur disebelah Kimi. Kimi sedang tertidur pulas saat ini. Gue pun kembali ke layar monitor.
                Gue tidak dapat membayangkan kalau hidup gue secepat ini berubah, baru sebentar gue merasakan indahnya belajar dibangku perkuliahan, Namun sekarang gue sudah tidak bisa lagi, sejak kejadian itu. Yah, gue sendiri juga memakluminya, ini juga karena perbuatan gue yang meleawati batas. Apa gunanya disesali sekarang? Semua sudah terlanjur, nasi telah menjadi bubur. Gue tidak lagi bisa bermain-main lagi, menghambur-hamburkan uang, jalan-jalan yang tidak jelas. Gue harus berubah, harus lebih bekerja keras, untuk mendapatkan uang yang banyak. Demi mereka. Tidak ada lagi yang menemani gue sekarang, kecuali mereka yang selalu berada disisi gue. Tapi, ini semua hanya teori, teori jauh berbeda dengan praktek. Siapapun bisa melontarkan teori-teori dasar untuk membantu permasalahan gue ini, untuk mempraktekanya sangat lah susah, gue masih ingin main bersama mereka yang berada diluar sana. Kadang-kadang gue bermimpi untuk balik ke masa lalu dimana gue belom melakukan dosa ini.
                Dosa yang sangat besar hingga mungkin tidak dapat di maafkan oleh Tuhan sekalipun. Ini berawal sejak gue berpacaran dengan Kirana. Kirana adalah perempuan yang cantik, imut, dan cerdas di mata gue, kami satu angkatan. Namun, terkadang gue dan Kirana lapas kontrol, kita sama-sama tidak bisa menahan nafsu kita. Hingga suatu saat, setelah kita melakukan beberapa kali, Kirana hamil. Gue sendiri kaget setengah mati mendengarnya. Kita sama-sama tidak menceritakan hal ini kepada orang tua kami. Kami takut, kami tidak mengerti harus berbuat apa. Setelah mencapai kehamilan Kirana yang ke 3 bulan. Kami berdua melarikan diri keluar kota. Meninggalkan semua orang yang kita sayangi, bahkan orang tua kita. Kami pergi keluar kota dan berusaha untuk hidup disana, untungnya gue mendapat pekerjaan, uangnya pun gue pakai untuk menyewa kos. Beberapa bulan kami hidup dalam kesusahan hingga lahirlah Kimi, dia sangat cantik sama seperti Kirana.
                “Hai, belom tidur?”, Kirana mengagetkan gue dari belakang. Kemudian dia memeluk dari belakang dan membaca semua ketikkan gue di komputer. “Kamu menulis semua tentang perjalanan kita?” tanyanya lembut. “Iya sayang, yah mungkin aja tulisan kita ini membantu orang-orang yang mempunyai kondisi yang sama kaya kita, agar tidak menyerah” jelas gue. Dia tersenyum manis, lucu dan imut. “Tapi, ngomong-ngomong kita hebat juga yah, kabur dari rumah tanpa perbekalan apapun, tanpa rencana yang matang, bisa bertahan sepertini ini” jelasnya kagum, “Ini semua karena kamu” tambahnya. Aku tersenyum balik “Dan kamu juga” tambah aku. Lalu kami berciuman lagi. Namun seketika Kirana melepaskan ciumannya terlebih dahulu, “Besok pagi kamu ada kerja?” tanyanya. “Besokan libur, dan sepertinya Kimi tidurnya nyenyak sekali” tambah gue nakal. Dia tersenyum lebar seakan tahu apa yang gue pikirkan. “Gerah nih, aku mau mandi dulu, nyusul yah..  jangan lupa pake kondom, aku belum mau hamil lagi” 

Jumat, 15 Februari 2013

(C) If I Have Time Mechine



             Mengapa dia tidak datang? Aku menunggunya disini, tapi mengapa dia tidak datang? Aku masih menunggunya disini. Aku menunggu dengan sangat sabar dan selalu tersenyum untuknya, tapi sudah terlalu lama aku disini, kakiku mulai terasa sakit, tanganku juga pegal membawakan sebuah hadiah yang istimewa untuknya. Apakah dia tahu tentang penyakitku? Aku melihat keseliling ku, tapi belom ada seseorang yang menghampiri ku, ditaman yang ramai ini banyak anak-anak bermain, sepasang kekasih yang sedang beolahraga dan tidak jarang hanya duduk-duduk sambil menikmati sore yang indah ini. Aku pun tersenyum melihat semua ini, apa lagi setelah aku bertemu dengannya, aku akan kembali ke rehabilitasi di rumah sakit di kota ini. Tiba-tiba aku mendengar suara petir menyambar, langit pun berubah menjadi kelam, dan tidak lama kemudian hujan turun dengan deras. Mengapa? Batin gue berteriak kembali, badanku basa kuyup. Aku pun memutuskan untuk menyerah, meninggalkan taman ini, lalu kembali ke rumah sakit. Satu langkah, dua langkah, aku terjatuh dilangkah ketiga. Hadiah aku untuknya tercebur di genangan air, aku pun segera memungutnya, lalu membersihkannya sesegera mungkin, namun aku tidak bisa berdiri. Bukan karena sakit ku, tapi beban mental yang gue rasakan sekarang.
                Aku pun teringat saat-saat aku masuk SMA enam bulan yang lalu, aku terlambat dihari pertama aku mos, Jadi aku dimarahi oleh kakak senior. Apalagi kunciran dirambut aku kurang satu, hukumannya pun ditambah menjadi dua kali lipat. Untungnya aku bertemu dengan kakak yang baik, namanya Kak Rendo, dia mengurangi hukumanku. Setelah mos selesai dalam waktu tiga hari, aku mengikuti ekskul basket, tahu ini kebenaran atau tidak, kak Rendo juga ikut ekskul basket. Dia selalu memperhatikan aku ketika aku sedang dalam sesi latihan. Aku tersipu malu. Kadang-kadang dia mengajak aku untuk makan bersama, tapi aku selalu menolak. Jika aku kencan dengannya, aku takut level Kak Rendo turun dengan perempuan semacam aku ini. Satu bulan di tahun pertama ini, aku mengalami keanehan dibadan ku, gue menjadi sering terjatuh ketika berjalan, kehilangan jarak ketika mengambil sesuatu, kadang aku terjatuh di samping Kak Rendo, untungnya dengan sigap Kak Rendo menangkapku. Karena kejadian ini terulang terus, aku dan orang tua ku berkunjung ke dokter untuk memerika hal-hal aneh seperti ini. Tetapi setelah aku periksa ke dokter, aku diberitahu oleh ibu ku kalau aku tidak mengalami penyakit apa-apa. Hanya gangguan sistem motorik di otak.
                Awal-awal aku percaya dengan kata ibu ku itu lalu minum obat yang disarankan oleh dokter, dokter itu bernama Budi, dia sangat ramah dan baik. Tapi, semakin hari, aku menyadari ada yang tidak beres dengan tubuh ku ini. Sempat aku tidak bisa menggerakan tubuh ku ini hingga terjatuh cukup parah. Aku pun kembali kedokter. Dan kini dokter Budi menyuruhku untuk rehabilitasi, aku pun semakin terheran-heran apa yang mereka sembunyikan. Aku tidak mengerti, aku pun menundanya. lima bulan sudah aku mengikuti latihan basket, namun tiba-tiba aku tidak bisa merasakan jarak aku dan teman ku. Aku melempar bola terlalu pelan dan terus terulang lagi. Pelatih pun marah kepada ku. Aku hanya terdiam lalu merenung apa yang sebenarnya terjadi. Kak Rendo pun menghampiri ku lalu mengajak makan bersama, kami berbincang-bincang di jalan. Ketika aku hendak memasuki kafe, tubuhku tidak bisa bergerak, lalu terjatuh kepala dahulu. Aku pun tidak sadarkan diri. Ketika terbangun aku berada di rumah sakit bersama dokter Budi dan kedua orang tuaku. “Mah, Kenapa aku seperti ini?” aku bertanya pada ibu ku. Mereka pun terdiam, lalu dokter menjelaskan penyakit ku. Namanya Degenerasi Cerreberum. Dokter pun menjelaskan semua tentang penyakit itu, sebelum selesai dokter menjelaskan aku menangis Kenapa harus aku? Kenapa harus aku yang terkenapa penyakit ini? Ibu ku pun memelukku dengan erat. Aku pun terus menangis sepanjang malam itu.
                Sejak saat itu aku pun  mengikuti rehabilitasi yang rutin dirumah sakit, aku pun tidak boleh keluar rumah sakit. Beberapa hari kemudian Kak Rendo mengunjungiku, dia membawakan bunga dan mengajakku datang ketaman pada hari ulang tahunnya. Aku harus menjalankan rehabilitasi, namun untungnya Doter Budi membolehkanku untuk keluar sementara. Perasaanku senang sekali bisa jalan-jalan kembali dengan Kak Rendo. Sehari sebelum hari H, aku menerima kunjungan kembali yaitu Rizki, laki-laki yang sangat menyebalkan di kelas ku, namun dia sering terlihat memerhatikan ku. Dia datang hanya mengucapkan beberapa kata, dan bertanya “Kamu terkena penyakit apa?” Aku terdiam “Penyakit yang mengerikan, tidak bisa disembuhkan” kataku dengan wajah sedih. “Tapi bohong hehe” aku mengagetkannya. Dia hanya tersenyum lalu pulang kembali.
                “Kamu ngapain disini, hujan-hujanan kaya orang idiot” Aku mendengar suara yang kukenal disampingku namun bukan Kak Rendo tapi Rizki. Aku hanya terdiam, lalu dia berkata kembali “laki-laki itu tidak datang, dia membatalkannya, tadi dia menelpon kerumah sakit dan kamu sudah berangkat” perasaan ku pun terpukul berat. “Rizky, Kak Rendo tidak datang itu lebih baik” kata ku sedih. “Apa?” sahur Rizki “Aku berbohong tentang penyakit ku kemaren, Aku terkena Degenerasi Cerrebelum, sebentar lagi aku akan mengguanakan kursi roda, tidak dapat berbicara, tidak dapat bergerak,  dan terbaring di rumah sakit untuk selamanya, lebih baik dia mencari perempuan lain yang lebih baik” aku menangis. “Kalau aku mempunyai mesin waktu aku akan kembali kemasa lalu, ketika cinta ini bersemi, hanya aku dengan kak Rendo” jalasku semua didalam tangisan yang tidak kunjung henti.


(E) Fans


             There are many musician or singer well-known in the world. Sometimes we are as a fan that musician or singer. Just like The Beatls, or Mariah Carry. Maybe we fan of Eastern Music like, Girls Generation from Korea, AKB48 from Japan and many more. We are a fan. But, sometimes some people to fanatic idolized their Idol. It’s not good and not useful. There are 3 disadvantages if you are to fanatic with your idol; your mind will distrac, your money will disapper, and you will live in imagination.
                The first disadvantages is your mind will distrac. It happened because you usually think your idol, beside that your work will not finnished. I think this very awkward, your soul not in your body, you think what is he/she doing now?, Are he/she have a lunch?, or may be When you go to Jakarta Indonesia? With this distrac, your boss will angry, and maybe you will be fired. Its very embrasshing, fired because your idol.
                The second disadvantages is your money  will disapper. If you like musician, you surely bought his/her album. That is not cheep, the original album in music store is very expensive, the price bettween 100-150 thousand rupiah. Beside that if your idol come to Jakarta, you surely again watch their stage. The price is very expensive, The stage beetween 2 until 3 hours you must pay average one million rupiah. Is it crazy?
                The last disadvantages is you will live in imagination. This problem happend when you so fannatic with your Idol. Your imagination always active whereever you are, this is very interfere, yourself and another person around you. Your mind direct to your Idol everytime. You didn’t care what happened around you. You will lose you job, after that you will lose your money and than you will lose your life.
                The conclution is everyone love idolling, everyone want meet their idol, everyone want follow thier succes and become an Idol, you love your Idol is allowed, but don’t to much its not good for your psycologist. Your psycologist will distract with your Idol which usually in your mind. You must confine yourself when you idolling someone, If you do that to your self, you will know they just an idol and same a human like you. Happy Idolling J

(E) Handle the flood in Jakarta


                Jakarta placed in lower land and there are under sea level. Beside that Jakarta have many river from West Java, especially Bogor and Puncak. The biggest river is Ciliwung river, This river usually blow up which make Jakarta flooding. The flood causes many problems, economic movement distrubed, inflation, and many more. So, what sould we do? I think there are three way that can our do to handle flood in Jakarta.
                The first way is throw the trash in the trash can. This is the oldschool way but it is very effective. Now, in the river, there are many trash carried by the river. This situation cause the river smell and swallow. The swallow river cannot accomodate big water. So, if the rain come down, the river in Jakarta will blow up easily. There for we must keep that trash in the trash can, don’t throw the trash in river, later it can cause a flood.
                The second way is don’t live inthe river bank. River bank used for protect the river from blow up. But, the poor people builded the house in river bank, because they cannot buy the new one in other place. The house in the river bank made the bottom of the river shallow. They bury the river that can live in that area. The shallow river and narrow can’t accomodate the big water, later it can cause a flood again.
               The last way is we must build a infiltration wells. Infiltration wells use for accomodate rain water besides in the river. The goverment suggest for all building in the Jakarta to bulid a infiltration wells, the high buliding in downtown and every houses in the Jakarta. We all must build that thing to handle the flood. To build a infiltration wells, didn’t costed a much money, It same that bulid a well. Just dig a hole 4-5 meters deep and 30-40 cm for the diameters.
                In conclution, flood bring many problem for us or Jakarta. The problem in economic, humanity, inflation, or may be mobilisation Jakarta people. In that case, we should do anything to handle the flood. The flood not a goverment problem to solve it, but it is our probelm too. We must help to goverment to handle this problem and solve this problem together. If all people in Jakarta do that, I think it will be no more flood.

Sabtu, 02 Februari 2013

(E) Jogging


              Spots are important for our body to keep healty. But, we sometimes forget with this our exercise because of our busy in the office or school. Although we are busy person, we can do the sport exercise. Espesially in easy and cheap sport. Like a jogging. We can do this everytime and every where, for example after we work, we can jog to our house or maybe we jog went to our office in the morning. There are 3 advantages we do a jog; Jog can make our feel calm, jog decrease air polutan, jog make your body healty.
                The first advantage is jog can make our feel calm. In this world there are many problem we have. The work problem, problem with traffic jam, and maybe after conflict with our friend. It’s make our feel so bad, the emotion in undercontrol. With jog our stress in our body will disapper. Jog make your bady relax again and ready to work again. So, I think do the jog in Sunday evening, because in the next day, Monday, you ready and get more spirit for work.
                The second advantage is jog decrease air polution. Now, espesially in big city, there are many vehicle what make a air polution. This air polution very dangerous with our health. We must decrease used a vehicle. Maybe with jog to the office can decrease that air polution. We can decrease the used of vehicle in city. Beside that jog can make us help the go green program which the program to protect global warming.
                 The last advantage is jog make you healty. Work in the excessively in the office is not good for health. Our body just had a little move, our eye kept look computer in the long time, and we did this habbit five days a week. In week days if we a busy person, we work too, we have no time to exercise sport. Jogging is the best choise to exercise. We don’t need a more time to do this exercise and not expensive.
                In conclution, Healty is very important than other.  Without healty we cannot do anything, even a work. So, we must keep our body healty with exercise. Exercise to make a body healty didn’t need a big sport. We just do a little sport like jogging. Jogging is the cheap and flexible sport in the world. Beside that our time will save for work because jog doesn’t waste our time. So, why you don’t start jogging now?

(C) Escape


Sesuatu itu seharusnya gue tidak lakukan, tidak seharusnya, tapi nasi telah menjadi bubur, gue sudah melakukannya. Sekarang gue harus menerima akbibatnya. Gue berlari menuju ke sebuah kamar yang berada di pojok gedung ini, dipojok lorong yang gelap. Naluri gue tertuju pada kamar itu. Sambil bercucuran keringat dan beberapa aliran darah dari tangan dan kaki, gue berlari menuju kamar tersebut. Bruk.. gue terjatuh tersandung meja, namun tanpa berfikir panjang gue bangun kembali dan kembali berlari. Kamar itu terlihat dekat, terbuka oleh pintu yang sudah tua dan rapuh. Tetapi, walaupun dekat gue membutuhkan waktu yang sangat lama serta energi yang sangat menguras tenaga. Tibanya didepan kamar itu, gue berhenti berlari, menatap dalam kamar yang tidak diterangi sedikit pun cahaya. Gue mencoba mengatur napas hingga kembali tenang. Gue masuk kedalamnya dengan hati-hati, sayangnya mata gue tidak berhenti melihat sekeliling yang semakin gelap.
Lalu, gue berhenti ketika kaki ini menyenggol sebuah benda, gue pun berjongkok untuk memastikan apa yang ada di bawah ini. Tangan kanan gue yang sedikit cedera meraba benda itu, sebuah kain, lalu ketika menuju keatas gue merasakan kalau sesuatu yang gue raba ini adalah manusia, gue terlonjak kaget dan berdiri. Tiba-tiba petir menyambar diluar gedung, sekian detik kamar tersebut terang. Gue melihat mayat seorang perempuan ada di kaki gue hanya menggunakan celana saja, tapi tidak hanya itu, dibelakangnya sekitar lima mayat bergeletakan semuanya perempuan dengan pakaian minim hingga tanpa busana. Ada bekas sayatan pisau ditubuh mereka dan bekas pukulan. Apa yang terjadi? Gue bertanya pada diri sendiri, petir selesai menyambar dan kamar kembali gelap gulita.
Hujan turun dengan lebat, diiringi oleh sambaran-sambaran petir. Gue masih kebinguan seperti amnesia. Gue hanya mengingat satu dosa gue sebelum pingsan itu, hanya itu saja. Gue keluar kamar itu dan menuju kamar-kamar lainnya. Seluruh kamar dilantai tiga ini gelap gulita, kecuali lambu koridor saja yang menyala. Kamar yang lainnya kosong hanya kamar yang dipojok itu saja yang berisi dengan mayat-mayat perempuan. Gue turun ke lantai dua, disini seperti  kuburan, mayat-mayat bergeletakan disana dan disini, didalam kamar maupun disepanjang koridor. Mereka meninggal secara mengenaskan, luka tusukan diperut, leher yang terputus hingga bagian-bagian tubuh yang di congkel keluar. Gue tidak lagi bisa merasakan kengerian ini, sangat mengerikan, gue tidak bisa memikirkan kenapa semua hal ini terjadi. Gue harus mengobati semua luka-luka gue ini sebelum mati kehabisan darah.
Dilantai dua gue tidak menemukan kotak P3K sama sekali, gue pun merobek sebuah pakaian dari seorang perempuan muda yang memang hanya memakain pakaian itu saja. Gue duduk disebuah kasur kamar untuk mengikat semua luka-luka ini agar darah yang keluar bisa tersumbat. Gue dikasur tidak sendiri ditemani oleh sepasang mayat laki-laki dan perempuan yang tergeletak ditempat tidur. Setelah itu gue menuruni tangga  untuk menuju ke lantai satu. Kondisi dibawah sini lebih mengenaskan. Selain mayat-mayat yang bergeletakan mereka semua digantung dengan leher diikat oleh tali. Gue pun mencium bau darah yang sangat busuk sekali. Karena tidak kuat mencium bau busuk itu, gue muntah di tangga ini. Namun, gue teteap tidak menyerah untuk mencapai lantai dasar. Gue berjalan dengan melangkah-langkahi mayat-mayat  dan menghindari goyangan-goyangan mayat yang digantung di atas. Jalan keluar Utama terkunci banyak balok-balok yang menutupnya. Gue ingin keluar dan mencari semua jawaban apa yang terjadi disini.
Gue mencoba mencari jalan lain, untuk keluar, gue menuju kedapur yang berada di belakang gedung ini, namun disini malah membuat gue muntah untuk yang kedua kali, ketika melihat kepala-kepala berjejer seperti pajangan diatas dapur.  Gue menutup kembali pintu dapur dan mengurungkan niat mencari jalan keluar. Badan gue semakin melemah banyak darah yang bercucuran, bagaimana ini bisa terjadi? Apa yang terjadi setelah gue tertidur dengannya? Kenapa bisa langsung seperti ini? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang gue lontarkan didalam benak gue. Rasa sakit sayatan ini semakin sakit tidak terkendali. Gue pun menoleh kearah kanan dan melihat pisau yang unik diatas meja. Ingatan gue pun kembali, namun gue hanya mengingat ketika gue tidur disebuah kamar, seseorang mendobrak kamar dengan pisau ditangannya, dia ingin membunuh gue, tapi gue berhasil membunuhnya dengan luka-luka ini, bekas luka berantem dan gue pingsan di samping tempat tidur. Gue pun menyesal telah melakukan perbuatan dosa yang setiap hari gue lakukan disini, yang membuat gue terjun ke kondisi seperti yang sangat menyeramkan sekarang.
Apa yang terjadi selanjutnya? Apakah mereka datang bergerombol dan membunuh semuanya? Gue ingin keluar dari sini, tapi luka semakin parah, gue mulai berhalusinasi, badan gue dingin, tanpa disadari gue berjalan kembali menuju ke pintu utama. Disana gue berhenti, berlutut, dengan mengharapkan bantuan. Tiba-tiba sebuah gebrakan dari pintu utama terdengar, gebrakannya lumayan keras dan semakin keras hingga pintu dan penahannya terpental kedalam. Kepolisian bersenjata lengkap masuk, mereka menyilaukan mata gue dengan lampunya yang terang, gue pun tidak sadarkan diri seketika. Setelah itu, samar-samar gue mendengar suara-suara dari luar dimana petugas medis sedang mengobati gue, hingga gue sadar kalau gue berada di rumah sakit sekarang. Selang beberapa lama gue sadar 100 persen, gue melihat tubuh gue banyak jahitan yang diperban sempurna. Tapi, bukannya mengecek sakit sahitan, mata gue tertuju pada televisi yang ada didepan gue. Dan gue pun mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Makasih Tuhan...
Reporter tv: Telah terjadi pembunuhan masal oleh terroris disebuah night club di kota dijalan Erpita 5 , mereka membunuh semua PSK yang bekerja disini dan seluruh laki-laki yang sedang berhubungan asusila dengan mereka. Para terroris membunuh dengan kejam hingga memutilasi seluruh bagian tubuh korban. Hingga saat ini baru ditemukan satu korban selamat dan terroris masih dalam pengejaran.