Seperti bisa,
aku menunggunya disini bersama dengan orang-orang lain, mereka tampak bahagia
karena seberntar lagi mereka akan berjumpa dengan seseorang yang mereka
sayangi. Aku melihat di dinding samping kanan yang bejarak 20 meter dari tempat
aku berdiri, ada sepasang anak bersama ayah mereka, mungkin mereka menunggu Ibu
mereka yang sudah lama jauh dari mereka. Anak-anak itu meloncat-loncat tak
sabar menunggu ibu mereka kembali ke hadapan mereka. Aku pun mengalihkan
pandangan kearah kiri tepat disebelah kiri ku sepasang orang tua yang sudah
menunggu anak mereka pulang. Mungkin anak itu melanjutkan sekolahnya disana dan
orang tuanya menunggu kembali ketanah air tercinta. Banyak suasana menyentuh
disini, begitu juga denganku yang sudah lama ingin bertemu kekasih ku. Sudah
dua tahun aku tidak bertemu dengannya. Mungkin jika di tambahkan, 4 tahun
lamanya sudah aku dan dia berpisah. Sekitar 4 tahun lalu tepatnya di bulan
Agustus, aku harus berpamitan karena aku harus mengejar cita-citaku ke Jepang,
aku mendapatkan beasiswa disana untuk mengambil S2 selama 2 tahun, aku tidak di
izinkan untuk pulang dari kampus ku di Jepang karena biaya untuk kembali
bukanlah biaya yang murah. Setelah aku selesai dengan 2 tahunku, ketika aku
kembali ke Jakarta, sehari sebelum tiba, giliran kekasihku untuk mengejar
cita-citanya ke negeri yang terkenal dengan tembok raksasanya itu dengan waktu
yang sama dengan ku, jadi aku harus menunggu, lagi-lagi harus menunggu dengan
kurun waktu yang tidak sebentar. Janji sehidup semati kami, 4 tahun bukanlah
hal yang mudah untuk bepacaran Long Distance Relationship atau bahasa gaulnya
LDR. Sungguh sesuatu yang bukan main-main lagi.
Ting
Tong... bunyi pengeras suara itu membuat aku terbangun dalam lamunan.
Pengumuman itu memberitahukan pesawat yang di tumpaingi kekasih ku itu harus
delay selama satu jam, lagi perjumpaan kita harus terundur, aku pun sudah
sangat lelah berdiri selama berjam-jam jadi aku memutuskan untuk mencari
restauran yang nyaman sambil manunggu. “ada ada saja ini yang mengganggu ku”
gumam ku dalam hati sambil aku duduk dengan tenang di sofa lebut. Aku jadi
teringat dosa ku yang hampir terlupa, godaan besar menghampiri ketika berada
ditahun ketiga aku tidak berjumpa dengan kekasihku. Waktu aku berjalan di mall
daerah Pondok Indah, aku bertemu dengan mantanku bernama Ratih. Awalnya aku dan
Ratih hanya bertemu dan makan bersama, lagi pula dia hanya sedang
berjalan-jalan sendiri. “Memang kenapa tidak jadi menikah?” tanyaku penasaran
sesudah dia memberitahukan pembatalan pernikahannya kepadaku. “Karena aku masih
memikirkannya” jawabnya pendek. Dia tidak memberitahuku dengan jelas
penyebanya. Lalu tak lama dia memintaku untuk mengatarkannya pulang, menuju ke
apartemennya. Karena aku sendiri tidak ada kerjaan saat itu, aku pun setuju
untuk mengatarnya pulang. Singkat cerita ketika aku sampai didepan pintu
apartemennya. Dia mengajakku untuk masuk, aku pun sudah tahu maksudnya. Tapi
aku tidak bisa menahan nafsu ku yang terpendam dalam 3 tahun belakangin ini.
Dia mulai mendorong ku menuju ke tempat tidur, lalu melumat bibirku dengan
bibirnya. Awalnya aku sempat terhipnotis dengan nafsunya, aku pasrah karena aku
benar-benar sudah tidak tahan. Sebelum aku melepas bajunya, entah mengapa aku
teringat dengan pesan kekasihku, Nadia. Aku pun melempar Ratih kesamping. Aku
duduk termenung, memikirkan apa yang telah aku lakukan? Aku mengkhianati Nadia!.
“Maaf aku tidak bisa, hati ku hanya untuk Nadia” aku kembali memakai bajuku
yang sudah terbuka lalu keluar dari apartemen.
Kring....
Hp aku berbunyi, lamunanku kembali buyar, ternyata Nadia sudah keluar dari
pesawat. Aku buru-buru meninggalkan restoran. Aku berdiri di tempat pintu
keluar dan tidak lama aku melihatnya keluar. Aku melihatnya... lebih cantik
dari yang kuduga, apakah ini pengaruh dari sudah lama aku tidak melihatnya.
Rindu yang sudah tidak tertahankan. Dia mencari ku, namun aku sudah menatapnya
lekat-lakat, lalu dia melihat kearahku. Benar-benar sesuatu yang sangat indah,
kami pun berpelukan seakan tidak mengenal malu dilihatin orang hanya untuk
melepas rindu semata. “Kamu tambah cantilk” pujiku, “kamu makin keren aja”,
balasnya aku mengambil barang bawaannya yang banyak sekali, mungkin oleh-oleh.
Kami pun berjalan menuju ke pintu keluar. “Jadi apa kamu tetap menepati janji
kita?” tanyanya memecah lamunan. Aku terkejut setengah mati. Dia menatapku dari
pekukanku ke bahu kirinya dan tetap mendorong troley. “Tetap setia denganku?”
tambahnya. “Iyap pasti dong” jawabku . Lalu Nadia mencubitku. “Ah jangan
bohong. Jujur deh” . Aku terdiam seakan dia sudah membaca pikiranku dan sedang
melihat aku dengan Ratih berduaan di kamar. Aku tersenyum. “Tuh kan... udah lah
kamu kan emang kaya begitu orangnya. Nanti cerita aja. Aku gak marah kok, aku
yakin cobaan pasti ada dan kamu bisa mengatasinya” dia memelukku erat. Aku
merasa ciut, sekarang Nadia sudah lebih dewasa dari pada aku. Aku harus
menceritakan cerita ku dengan ratih dan tidak akan mengulangi kejadian itu
lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar