Mengapa dia tidak datang? Aku menunggunya
disini, tapi mengapa dia tidak datang? Aku masih menunggunya disini. Aku
menunggu dengan sangat sabar dan selalu tersenyum untuknya, tapi sudah terlalu
lama aku disini, kakiku mulai terasa sakit, tanganku juga pegal membawakan
sebuah hadiah yang istimewa untuknya. Apakah dia tahu tentang penyakitku? Aku
melihat keseliling ku, tapi belom ada seseorang yang menghampiri ku, ditaman
yang ramai ini banyak anak-anak bermain, sepasang kekasih yang sedang
beolahraga dan tidak jarang hanya duduk-duduk sambil menikmati sore yang indah
ini. Aku pun tersenyum melihat semua ini, apa lagi setelah aku bertemu
dengannya, aku akan kembali ke rehabilitasi di rumah sakit di kota ini.
Tiba-tiba aku mendengar suara petir menyambar, langit pun berubah menjadi
kelam, dan tidak lama kemudian hujan turun dengan deras. Mengapa? Batin gue
berteriak kembali, badanku basa kuyup. Aku pun memutuskan untuk menyerah,
meninggalkan taman ini, lalu kembali ke rumah sakit. Satu langkah, dua langkah,
aku terjatuh dilangkah ketiga. Hadiah aku untuknya tercebur di genangan air,
aku pun segera memungutnya, lalu membersihkannya sesegera mungkin, namun aku
tidak bisa berdiri. Bukan karena sakit ku, tapi beban mental yang gue rasakan
sekarang.
Aku
pun teringat saat-saat aku masuk SMA enam bulan yang lalu, aku terlambat dihari
pertama aku mos, Jadi aku dimarahi oleh kakak senior. Apalagi kunciran dirambut
aku kurang satu, hukumannya pun ditambah menjadi dua kali lipat. Untungnya aku
bertemu dengan kakak yang baik, namanya Kak Rendo, dia mengurangi hukumanku.
Setelah mos selesai dalam waktu tiga hari, aku mengikuti ekskul basket, tahu
ini kebenaran atau tidak, kak Rendo juga ikut ekskul basket. Dia selalu
memperhatikan aku ketika aku sedang dalam sesi latihan. Aku tersipu malu.
Kadang-kadang dia mengajak aku untuk makan bersama, tapi aku selalu menolak.
Jika aku kencan dengannya, aku takut level
Kak Rendo turun dengan perempuan semacam aku ini. Satu bulan di tahun
pertama ini, aku mengalami keanehan dibadan ku, gue menjadi sering terjatuh
ketika berjalan, kehilangan jarak ketika mengambil sesuatu, kadang aku terjatuh
di samping Kak Rendo, untungnya dengan sigap Kak Rendo menangkapku. Karena
kejadian ini terulang terus, aku dan orang tua ku berkunjung ke dokter untuk memerika
hal-hal aneh seperti ini. Tetapi setelah aku periksa ke dokter, aku diberitahu
oleh ibu ku kalau aku tidak mengalami penyakit apa-apa. Hanya gangguan sistem
motorik di otak.
Awal-awal
aku percaya dengan kata ibu ku itu lalu minum obat yang disarankan oleh dokter,
dokter itu bernama Budi, dia sangat ramah dan baik. Tapi, semakin hari, aku
menyadari ada yang tidak beres dengan tubuh ku ini. Sempat aku tidak bisa
menggerakan tubuh ku ini hingga terjatuh cukup parah. Aku pun kembali kedokter.
Dan kini dokter Budi menyuruhku untuk rehabilitasi, aku pun semakin
terheran-heran apa yang mereka sembunyikan. Aku tidak mengerti, aku pun
menundanya. lima bulan sudah aku mengikuti latihan basket, namun tiba-tiba aku
tidak bisa merasakan jarak aku dan teman ku. Aku melempar bola terlalu pelan
dan terus terulang lagi. Pelatih pun marah kepada ku. Aku hanya terdiam lalu
merenung apa yang sebenarnya terjadi. Kak Rendo pun menghampiri ku lalu
mengajak makan bersama, kami berbincang-bincang di jalan. Ketika aku hendak
memasuki kafe, tubuhku tidak bisa bergerak, lalu terjatuh kepala dahulu. Aku
pun tidak sadarkan diri. Ketika terbangun aku berada di rumah sakit bersama
dokter Budi dan kedua orang tuaku. “Mah, Kenapa aku seperti ini?” aku bertanya
pada ibu ku. Mereka pun terdiam, lalu dokter menjelaskan penyakit ku. Namanya
Degenerasi Cerreberum. Dokter pun menjelaskan semua tentang penyakit itu,
sebelum selesai dokter menjelaskan aku menangis Kenapa harus aku? Kenapa harus
aku yang terkenapa penyakit ini? Ibu ku pun memelukku dengan erat. Aku pun
terus menangis sepanjang malam itu.
Sejak
saat itu aku pun mengikuti rehabilitasi
yang rutin dirumah sakit, aku pun tidak boleh keluar rumah sakit. Beberapa hari
kemudian Kak Rendo mengunjungiku, dia membawakan bunga dan mengajakku datang ketaman
pada hari ulang tahunnya. Aku harus menjalankan rehabilitasi, namun untungnya
Doter Budi membolehkanku untuk keluar sementara. Perasaanku senang sekali bisa
jalan-jalan kembali dengan Kak Rendo. Sehari sebelum hari H, aku menerima kunjungan
kembali yaitu Rizki, laki-laki yang sangat menyebalkan di kelas ku, namun dia
sering terlihat memerhatikan ku. Dia datang hanya mengucapkan beberapa kata,
dan bertanya “Kamu terkena penyakit apa?” Aku terdiam “Penyakit yang
mengerikan, tidak bisa disembuhkan” kataku dengan wajah sedih. “Tapi bohong
hehe” aku mengagetkannya. Dia hanya tersenyum lalu pulang kembali.
“Kamu
ngapain disini, hujan-hujanan kaya orang idiot” Aku mendengar suara yang
kukenal disampingku namun bukan Kak Rendo tapi Rizki. Aku hanya terdiam, lalu
dia berkata kembali “laki-laki itu tidak datang, dia membatalkannya, tadi dia
menelpon kerumah sakit dan kamu sudah berangkat” perasaan ku pun terpukul
berat. “Rizky, Kak Rendo tidak datang itu lebih baik” kata ku sedih. “Apa?”
sahur Rizki “Aku berbohong tentang penyakit ku kemaren, Aku terkena Degenerasi
Cerrebelum, sebentar lagi aku akan mengguanakan kursi roda, tidak dapat
berbicara, tidak dapat bergerak, dan
terbaring di rumah sakit untuk selamanya, lebih baik dia mencari perempuan lain
yang lebih baik” aku menangis. “Kalau aku mempunyai mesin waktu aku akan
kembali kemasa lalu, ketika cinta ini bersemi, hanya aku dengan kak Rendo”
jalasku semua didalam tangisan yang tidak kunjung henti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar