Sabtu, 02 Februari 2013

(C) Escape


Sesuatu itu seharusnya gue tidak lakukan, tidak seharusnya, tapi nasi telah menjadi bubur, gue sudah melakukannya. Sekarang gue harus menerima akbibatnya. Gue berlari menuju ke sebuah kamar yang berada di pojok gedung ini, dipojok lorong yang gelap. Naluri gue tertuju pada kamar itu. Sambil bercucuran keringat dan beberapa aliran darah dari tangan dan kaki, gue berlari menuju kamar tersebut. Bruk.. gue terjatuh tersandung meja, namun tanpa berfikir panjang gue bangun kembali dan kembali berlari. Kamar itu terlihat dekat, terbuka oleh pintu yang sudah tua dan rapuh. Tetapi, walaupun dekat gue membutuhkan waktu yang sangat lama serta energi yang sangat menguras tenaga. Tibanya didepan kamar itu, gue berhenti berlari, menatap dalam kamar yang tidak diterangi sedikit pun cahaya. Gue mencoba mengatur napas hingga kembali tenang. Gue masuk kedalamnya dengan hati-hati, sayangnya mata gue tidak berhenti melihat sekeliling yang semakin gelap.
Lalu, gue berhenti ketika kaki ini menyenggol sebuah benda, gue pun berjongkok untuk memastikan apa yang ada di bawah ini. Tangan kanan gue yang sedikit cedera meraba benda itu, sebuah kain, lalu ketika menuju keatas gue merasakan kalau sesuatu yang gue raba ini adalah manusia, gue terlonjak kaget dan berdiri. Tiba-tiba petir menyambar diluar gedung, sekian detik kamar tersebut terang. Gue melihat mayat seorang perempuan ada di kaki gue hanya menggunakan celana saja, tapi tidak hanya itu, dibelakangnya sekitar lima mayat bergeletakan semuanya perempuan dengan pakaian minim hingga tanpa busana. Ada bekas sayatan pisau ditubuh mereka dan bekas pukulan. Apa yang terjadi? Gue bertanya pada diri sendiri, petir selesai menyambar dan kamar kembali gelap gulita.
Hujan turun dengan lebat, diiringi oleh sambaran-sambaran petir. Gue masih kebinguan seperti amnesia. Gue hanya mengingat satu dosa gue sebelum pingsan itu, hanya itu saja. Gue keluar kamar itu dan menuju kamar-kamar lainnya. Seluruh kamar dilantai tiga ini gelap gulita, kecuali lambu koridor saja yang menyala. Kamar yang lainnya kosong hanya kamar yang dipojok itu saja yang berisi dengan mayat-mayat perempuan. Gue turun ke lantai dua, disini seperti  kuburan, mayat-mayat bergeletakan disana dan disini, didalam kamar maupun disepanjang koridor. Mereka meninggal secara mengenaskan, luka tusukan diperut, leher yang terputus hingga bagian-bagian tubuh yang di congkel keluar. Gue tidak lagi bisa merasakan kengerian ini, sangat mengerikan, gue tidak bisa memikirkan kenapa semua hal ini terjadi. Gue harus mengobati semua luka-luka gue ini sebelum mati kehabisan darah.
Dilantai dua gue tidak menemukan kotak P3K sama sekali, gue pun merobek sebuah pakaian dari seorang perempuan muda yang memang hanya memakain pakaian itu saja. Gue duduk disebuah kasur kamar untuk mengikat semua luka-luka ini agar darah yang keluar bisa tersumbat. Gue dikasur tidak sendiri ditemani oleh sepasang mayat laki-laki dan perempuan yang tergeletak ditempat tidur. Setelah itu gue menuruni tangga  untuk menuju ke lantai satu. Kondisi dibawah sini lebih mengenaskan. Selain mayat-mayat yang bergeletakan mereka semua digantung dengan leher diikat oleh tali. Gue pun mencium bau darah yang sangat busuk sekali. Karena tidak kuat mencium bau busuk itu, gue muntah di tangga ini. Namun, gue teteap tidak menyerah untuk mencapai lantai dasar. Gue berjalan dengan melangkah-langkahi mayat-mayat  dan menghindari goyangan-goyangan mayat yang digantung di atas. Jalan keluar Utama terkunci banyak balok-balok yang menutupnya. Gue ingin keluar dan mencari semua jawaban apa yang terjadi disini.
Gue mencoba mencari jalan lain, untuk keluar, gue menuju kedapur yang berada di belakang gedung ini, namun disini malah membuat gue muntah untuk yang kedua kali, ketika melihat kepala-kepala berjejer seperti pajangan diatas dapur.  Gue menutup kembali pintu dapur dan mengurungkan niat mencari jalan keluar. Badan gue semakin melemah banyak darah yang bercucuran, bagaimana ini bisa terjadi? Apa yang terjadi setelah gue tertidur dengannya? Kenapa bisa langsung seperti ini? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang gue lontarkan didalam benak gue. Rasa sakit sayatan ini semakin sakit tidak terkendali. Gue pun menoleh kearah kanan dan melihat pisau yang unik diatas meja. Ingatan gue pun kembali, namun gue hanya mengingat ketika gue tidur disebuah kamar, seseorang mendobrak kamar dengan pisau ditangannya, dia ingin membunuh gue, tapi gue berhasil membunuhnya dengan luka-luka ini, bekas luka berantem dan gue pingsan di samping tempat tidur. Gue pun menyesal telah melakukan perbuatan dosa yang setiap hari gue lakukan disini, yang membuat gue terjun ke kondisi seperti yang sangat menyeramkan sekarang.
Apa yang terjadi selanjutnya? Apakah mereka datang bergerombol dan membunuh semuanya? Gue ingin keluar dari sini, tapi luka semakin parah, gue mulai berhalusinasi, badan gue dingin, tanpa disadari gue berjalan kembali menuju ke pintu utama. Disana gue berhenti, berlutut, dengan mengharapkan bantuan. Tiba-tiba sebuah gebrakan dari pintu utama terdengar, gebrakannya lumayan keras dan semakin keras hingga pintu dan penahannya terpental kedalam. Kepolisian bersenjata lengkap masuk, mereka menyilaukan mata gue dengan lampunya yang terang, gue pun tidak sadarkan diri seketika. Setelah itu, samar-samar gue mendengar suara-suara dari luar dimana petugas medis sedang mengobati gue, hingga gue sadar kalau gue berada di rumah sakit sekarang. Selang beberapa lama gue sadar 100 persen, gue melihat tubuh gue banyak jahitan yang diperban sempurna. Tapi, bukannya mengecek sakit sahitan, mata gue tertuju pada televisi yang ada didepan gue. Dan gue pun mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Makasih Tuhan...
Reporter tv: Telah terjadi pembunuhan masal oleh terroris disebuah night club di kota dijalan Erpita 5 , mereka membunuh semua PSK yang bekerja disini dan seluruh laki-laki yang sedang berhubungan asusila dengan mereka. Para terroris membunuh dengan kejam hingga memutilasi seluruh bagian tubuh korban. Hingga saat ini baru ditemukan satu korban selamat dan terroris masih dalam pengejaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar