Sesuatu itu
seharusnya gue tidak lakukan, tidak seharusnya, tapi nasi telah menjadi bubur,
gue sudah melakukannya. Sekarang gue harus menerima akbibatnya. Gue berlari
menuju ke sebuah kamar yang berada di pojok gedung ini, dipojok lorong yang gelap.
Naluri gue tertuju pada kamar itu. Sambil bercucuran keringat dan beberapa
aliran darah dari tangan dan kaki, gue berlari menuju kamar tersebut. Bruk..
gue terjatuh tersandung meja, namun tanpa berfikir panjang gue bangun kembali
dan kembali berlari. Kamar itu terlihat dekat, terbuka oleh pintu yang sudah
tua dan rapuh. Tetapi, walaupun dekat gue membutuhkan waktu yang sangat lama
serta energi yang sangat menguras tenaga. Tibanya didepan kamar itu, gue
berhenti berlari, menatap dalam kamar yang tidak diterangi sedikit pun cahaya.
Gue mencoba mengatur napas hingga kembali tenang. Gue masuk kedalamnya dengan
hati-hati, sayangnya mata gue tidak berhenti melihat sekeliling yang semakin
gelap.
Lalu, gue
berhenti ketika kaki ini menyenggol sebuah benda, gue pun berjongkok untuk
memastikan apa yang ada di bawah ini. Tangan kanan gue yang sedikit cedera
meraba benda itu, sebuah kain, lalu ketika menuju keatas gue merasakan kalau
sesuatu yang gue raba ini adalah manusia, gue terlonjak kaget dan berdiri.
Tiba-tiba petir menyambar diluar gedung, sekian detik kamar tersebut terang.
Gue melihat mayat seorang perempuan ada di kaki gue hanya menggunakan celana
saja, tapi tidak hanya itu, dibelakangnya sekitar lima mayat bergeletakan
semuanya perempuan dengan pakaian minim hingga tanpa busana. Ada bekas sayatan
pisau ditubuh mereka dan bekas pukulan. Apa yang terjadi? Gue bertanya pada
diri sendiri, petir selesai menyambar dan kamar kembali gelap gulita.
Hujan turun
dengan lebat, diiringi oleh sambaran-sambaran petir. Gue masih kebinguan
seperti amnesia. Gue hanya mengingat satu dosa gue sebelum pingsan itu, hanya
itu saja. Gue keluar kamar itu dan menuju kamar-kamar lainnya. Seluruh kamar
dilantai tiga ini gelap gulita, kecuali lambu koridor saja yang menyala. Kamar
yang lainnya kosong hanya kamar yang dipojok itu saja yang berisi dengan
mayat-mayat perempuan. Gue turun ke lantai dua, disini seperti kuburan, mayat-mayat bergeletakan disana dan
disini, didalam kamar maupun disepanjang koridor. Mereka meninggal secara mengenaskan,
luka tusukan diperut, leher yang terputus hingga bagian-bagian tubuh yang di
congkel keluar. Gue tidak lagi bisa merasakan kengerian ini, sangat mengerikan,
gue tidak bisa memikirkan kenapa semua hal ini terjadi. Gue harus mengobati
semua luka-luka gue ini sebelum mati kehabisan darah.
Dilantai dua gue
tidak menemukan kotak P3K sama sekali, gue pun merobek sebuah pakaian dari
seorang perempuan muda yang memang hanya memakain pakaian itu saja. Gue duduk
disebuah kasur kamar untuk mengikat semua luka-luka ini agar darah yang keluar
bisa tersumbat. Gue dikasur tidak sendiri ditemani oleh sepasang mayat
laki-laki dan perempuan yang tergeletak ditempat tidur. Setelah itu gue
menuruni tangga untuk menuju ke lantai
satu. Kondisi dibawah sini lebih mengenaskan. Selain mayat-mayat yang
bergeletakan mereka semua digantung dengan leher diikat oleh tali. Gue pun
mencium bau darah yang sangat busuk sekali. Karena tidak kuat mencium bau busuk
itu, gue muntah di tangga ini. Namun, gue teteap tidak menyerah untuk mencapai
lantai dasar. Gue berjalan dengan melangkah-langkahi mayat-mayat dan menghindari goyangan-goyangan mayat yang
digantung di atas. Jalan keluar Utama terkunci banyak balok-balok yang
menutupnya. Gue ingin keluar dan mencari semua jawaban apa yang terjadi disini.
Gue mencoba
mencari jalan lain, untuk keluar, gue menuju kedapur yang berada di belakang
gedung ini, namun disini malah membuat gue muntah untuk yang kedua kali, ketika
melihat kepala-kepala berjejer seperti pajangan diatas dapur. Gue menutup kembali pintu dapur dan
mengurungkan niat mencari jalan keluar. Badan gue semakin melemah banyak darah
yang bercucuran, bagaimana ini bisa terjadi? Apa yang terjadi setelah gue
tertidur dengannya? Kenapa bisa langsung seperti ini? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan
yang gue lontarkan didalam benak gue. Rasa sakit sayatan ini semakin sakit
tidak terkendali. Gue pun menoleh kearah kanan dan melihat pisau yang unik
diatas meja. Ingatan gue pun kembali, namun gue hanya mengingat ketika gue
tidur disebuah kamar, seseorang mendobrak kamar dengan pisau ditangannya, dia
ingin membunuh gue, tapi gue berhasil membunuhnya dengan luka-luka ini, bekas
luka berantem dan gue pingsan di samping tempat tidur. Gue pun menyesal telah
melakukan perbuatan dosa yang setiap hari gue lakukan disini, yang membuat gue
terjun ke kondisi seperti yang sangat menyeramkan sekarang.
Apa yang terjadi
selanjutnya? Apakah mereka datang bergerombol dan membunuh semuanya? Gue ingin
keluar dari sini, tapi luka semakin parah, gue mulai berhalusinasi, badan gue
dingin, tanpa disadari gue berjalan kembali menuju ke pintu utama. Disana gue
berhenti, berlutut, dengan mengharapkan bantuan. Tiba-tiba sebuah gebrakan dari
pintu utama terdengar, gebrakannya lumayan keras dan semakin keras hingga pintu
dan penahannya terpental kedalam. Kepolisian bersenjata lengkap masuk, mereka
menyilaukan mata gue dengan lampunya yang terang, gue pun tidak sadarkan diri
seketika. Setelah itu, samar-samar gue mendengar suara-suara dari luar dimana
petugas medis sedang mengobati gue, hingga gue sadar kalau gue berada di rumah
sakit sekarang. Selang beberapa lama gue sadar 100 persen, gue melihat tubuh
gue banyak jahitan yang diperban sempurna. Tapi, bukannya mengecek sakit
sahitan, mata gue tertuju pada televisi yang ada didepan gue. Dan gue pun
mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Makasih Tuhan...
Reporter tv: Telah terjadi pembunuhan masal oleh
terroris disebuah night club di kota dijalan Erpita 5 , mereka membunuh semua
PSK yang bekerja disini dan seluruh laki-laki yang sedang berhubungan asusila
dengan mereka. Para terroris membunuh dengan kejam hingga memutilasi seluruh
bagian tubuh korban. Hingga saat ini baru ditemukan satu korban selamat dan
terroris masih dalam pengejaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar