Jadi begitu
ceritanya. Vina mengiyakan sesuatu yang seharusnya iya tidak suka. Iya terpaksa
untuk tidak mengungkapkan di depan taman-temannya. Teman-temannya pun tidak
memerhatikan terlalu jelas. Namun hanya Fani yang mengetahuinya. Fani terus
memandang muka Vina seakan ada sesuatu didalam matanya. Vina pun akhirnya
menatap Fani. “Kamu tidak apa-apa Vin?” tanya Fani khawatir. Sudah jelas ada
yang salah dengannya. “Nggak kok, aku gpp” Vani menjawab dengan senyum yang
pastinya ada sesuatu yang disembunyikan. “Udah tidak usah dipikirin, Dia gak kaya
yang mereka omongin tadi kok, mungkin” jelas Fani. Vina tersentak kaget,
sampai-sampai dia berhenti untuk melangkahkan kakinya. Seorang SPG hampir saja
menabraknya dari belakang. “Udah aku tau kok, yuk kita ke toko sepatu itu”
tambah Fani. Vina yang masih tersentak kaget langsung di geret Fani ke toko
yang berada di seberang hall mall. “Gimana kamu bisa tahu fan?” tanya Vina,
sambil memilih sepatu di rak paling atas. “Ketauan kok Vin dari muka kamu, kamu
suka kan sama dia?” ucapan Fani langsung memukul mundur Vina. Vina hanya bisa
mengalihkan pandangannya ke arah rak-rak sepatu itu. Tidak lama dia menurunkan
kepalanya seperti ada sesuatu dibawah. “Yuk kita omongin aja di foodcourt”
“Jadi
sejak kapan?, kok bisa?” tanya Fani. “Iya, aku sendiri juga gak tau kenapa? Dia
itu baik banget, perhatian sama gue..” “Gak kamu doang Vina, semua orang, kata
temen-temen dijurusannya dia itu playboy terus sering nidurin cewe gitu” selak
Fani. “Iya Fan, tapi kan belum ada yang pernah lihat dia kaya begitu, gosip
doang” Vina membela. “Ya aku sih gak maksa, banyak cewe yang jaga jarak sama
dia takut jadi korban” tambah Fani. Vina hanya diam dan tidak berkata apa-apa,
sibuk melihat sekitar dan orang-orang yang berlalulalang. Kedekatannya dengan
cowo itu sangat membuatnya tidak nyaman, banyak yang berperasangka buruk
tentang dirinya. Cowo itu banyak teman cewe tapi dia sendiri, mungkin ini yang
dirasakan Vani terhadap cowo itu. “Emang udah seberapa dekat?” tanya Fani. “Yah
sudah tahap modus-modusin gitu, aku juga udah kasih sinyal lampu hijau kok ke
dia” beber Vina. “Buset, sejak kapan tuh, kok gue gak tau” ”yah udah lama lah
pokoknya”. Tiba-tiba, mungkin dunia ini sangat lah kecil. Mereka melihat cowo
itu, cowo yang mereka omongin dari tadi. Rendi. Mereka berdua sibuk berdebat,
disapa, dicuekin, pura-pura gak liat, kabur? “Aduh gimana nih?” mereka berdua
bertanya bebarengan.
“Hai”
Disapalah jalan yang mereka pilih. Vina terlihat salting dan Fani justru
sebaliknya takut dan males. “Gue lagi sendiri aja, nyariin kamu juga sih hehe”
kata Rendy. Muka napsunya sudah terlihat jelas dimukanya, itu yang di pikirkan
Fani saat itu juga. “Oh kalo gitu aku tinggal yah kalian berdua” ujar Fani,
namun sebelum pergi, Fani berbisik kepada Vina. Hati-hati yah. Fani pun pergi entah kemana. “Jadi? Kok kamu tahu
aku ada disini?” tanya Vina. Vina mulai terngiang dengan omongan teman-temannya
tentang Rendy. “Yah tau aja, yuk duduk dulu” ajak Rendy. Rendy jalan terlebih
dahulu, lalu Vina berjalan dibelakang. Bisa ditebak perasaan Vina sangatlah
campur aduk, antara salting dan takut. Mereka duduk tidak jauh dari tempat Vina
dan Fani duduk. “Kamu bingung yah?” Vina
kaget, Rendy seakan bisa membaca pikirannya. “Iya gue tahu kok, semua yang
mereka omongin itu bener” ujar Rendy. “Maksudnya apa Ren?” Vina pura-pura tidak
tahu. “Gue sering mainin hati cewe dan lain sebagainya, kamu pasti tau kan?”
Vina terdiam, dia heran dengan Rendy, Mengapa cowo bisa mengungkapkan
kelemahannya di depan cewe yang dia suka
dan baru sekedar gebeta. “Lalu?” Wajah
Rendy memerah, terlihat sedih, dia menyesali semua perbuatannya. Vina yang
merasa kasihan, memegang tangan Rendy. Dia tahu, Rendy butuh seseorang untuk mengubah
hidupnya. Rendy tersentak kaget. “aku kesini untuk nembak kamu, aku sayang
banget sama kamu Vin, tapi seperti ini, aku janji kalau kamu nerima aku. Aku
akan berubah. Semuanya. Jadi apa jawaban
kamu?” Dunia hening seketika. Lalu...
“Iya Ren aku mau”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar