Aku keluar dari
pertikaian itu, baru dan pertama kalinya. Keanapa dia harus marah pada ku
padahal kami teman sekaligus menyandang status mantan, aku keluar sekaligus
menarik Fara dari cengkramannya. Tidak hanya aku yang menarik Fara, Andrew pun ikut
menarik Linda dari jambakan Fara. Seharusnya aku tadi yang bermasalah dengan
Linda namun Fara membelaku. Emosinya pun memuncak lalu menampar Linda dengan
keras. Sebelumnya aku yang hanya diam saja, mendengar makian dari Linda yang
sangat sadis itu. Dan berakhir dengan eksekusi dari Fara. Fara tidak tega
melihatku di hina, mungkin karena aku pacarnya. Aku membawa Fara menuju teras
belakang, lalu menenangkannya. “Kamu kenapa sih beb?” tanyaku. Dia melihatku
dengan tajam, seakan aku sudah tau jawaban yang aku tanyakan kepadanya. Pertama
kalinya selama 2 tahun kami pacaran dia semarah ini. “Gitu aja nanya” Jawab
Fara judes. Aku hanya terdiam, melihatnya yang masih cemberut. “Ya.. aku gak
mau aja kamu dikatain kaya begitu, jelas-jelas kamu yang lagi ngobrol dengan
Andrew, kenapa dia yang nyamber?” tambahnya. Aku bingung menjelaskannya. Andrew
adalah sahabat gue dari SMA, dia yang selalu memberi modal pada bisnis ku,
bisnis yang boleh dibilang iseng-iseng berhadiah. Aku berbisnis merchendise
Idol Group Jepang dan Korea, aku mengimportnya dari sana dan menjualnya disini.
Masalah terjadi ketika Andrew jadian dengan Lidia. Masalah bukan datang dari
Andrew namun Lidialah. Lidia adalah mantan ku sebelum aku berpacaran dengan
Fara, kami putus karena Lidia orang yang matre, aku tidak sanggup dengan
permintaanya, meminta ini – itu dengan harga yang tidak murah. Kami putus
dengan dendam yang tidak terukur. Lidia ingin membalaskan dendamnya dengan
meminta Andrew menyuntikan modalnya kepadaku.
“Tapi
aku tidak tahu harus gimana lagi” jawabku. “Yaudah biarin, kamu kan bisa cari
orang lain yang bisa modalin kamu” jawab Fara mukanya masih marah, aku hanya
berdiri frustasi menatap langit, aku mencari jawaban dari kefrustasian ku ini.
Sebelum masalah terjadi, aku sudah mencari-cari orang yang dapat memodaliku
namun, sampe sekarang aku belum menemukannya. Sebenarnya suntikan dana yang
dihentikan tidak membuatku goyah, namun bagaimana dengan Fara dia pasti akan
tidak suka dengan gaya hidup setelah ini. Dia sudah biasa hidup enak dengan
orang tuanya dan akan berhemat-hematan denganku. Butuh waktu berbulan-bulan
untuk kembali hidup seperti sekarang. Aku tidak mau keuanganku dicampuri dengan
keuangan orang tau ku. Aku mau memberi uang pada orang tuaku namun, aku tidak
suka meminta uang pada orang tuaku, itulah prinsipku dalam hidup. Aku masih
menatap jauh kebintang-bintang malam dari teras villa dikawasan puncak. “Tio”
panggil Andrew dari belakang. Aku tahu dari tatapannya sepertinya Ia ingin
membicarakan sesuatu yang penting kepada ku. Aku menatap Fara sebentar lalu
mengikuti Andrew. Aku dibawa ke garasi mobil. Aku melihat Lidia sudah berada di
dalam mobil Lamborghini kepunyaan Andrew. Wajahnya melihatku dengan sangat
jijik tak karuan. “Jadi.. maaf gue nggak
bisa modalin lu lagi, Lidia melarangnya” kata Andrew. Jawaban itu seakan
mengutuk gue untuk masa depan ku dengan Fara. “Apa tidak bisa diam-diam saja?”
kataku memelas. “Tidak bisa Lidia memegang semua rekening ku sekarang, maaf”
jawab Andrew menyerah. Belum aku menjawab, kelakson mobil lamborghini itu sudah
meraung-raung keras, aku tahu Lidia sudah tidak sabar ingin pergi dari pesta
ini karena melihat aku.
Andrew
langsung meninggalkan gue sendiri di garansi dan melajukan mobilnya di tengah
malam menuju Jakarta. Aku hanya terdiam benar-benar diam, aku tidak mengerti
apa yang aku harus lakukan sekarang. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Fara yang
ternyata mengupping dibelakang pintu garasi. Aku tidak berkata dengan sedikit
pun hanya tatapan kosong yang aku tunjukan untuk Fara. Fara pun mengerti apa
yang terjadi tadi aku dengan Andrew. Fara pun datang memelukku, terasa hangat
dan tentram. “sudah beb gpp, aku mau kok susah-susah sedikit, asal aku bisa
bersama kamu” bisik Fara. Aku diam, aku bersyukur, “Terima Kasih sayang”