Selasa, 20 November 2012

(C) Gadis Berkanvas Merah


Apa yang sekarang gue lakukan tidaklah penting, apalagi untuk membuat sebuah lukisan yang tidak jelas gambarnya itu. Walaupun tidak niat sedikit, gue harus mengerjakan dengan hati yang terbuka. “Kumpulkan!!” terdengar sebuah suara yang tidak ingin gue denger. Karena sudah terpaksa ya sudah kumpulkan saja. Disaat yang sama Reno melihat kanvas gue yang Full Colour . “Apaan tuh bos?” katanya dan langsung gue menutup kertas gue. Muka merah menjalar diseluruh penjuru wajah ini. Reno menyalib gue keluar tanpa basa-basi.
Kring... telepon gue berbunyi, telepon jadul yang besar dan susah dibawa mengingatkan gue pada lima tahun yang lalu. Sangat memalukan ketika seseorang menabrak gue dengan kencang, membuat gue jatuh tersungkur. Tawa membahana mengelilingi kepala lalu menusuk kedalam gendang telinga terus masuk kehati yang kecil ini. Untungnya perempuan mungil itu menolong gue dengan tulus, “Kamu tidak apa-apa?” terdengar merdu seperti malaikat yang turun dari langit. Dia membawakan telepon besar itu yang jatuh kepada gue.
“Halo, Po dimana lu?” Suara keras yang keluar dari sesuatu yang disebut telepon jadul membuyarkan semua. “Didepan ruang kelas” dengan pendek gue menjawab. Dia juga mentup telponnya. Diluar jendela banyak bunga yang berterbangan, mungkin karena bulan ini cuaca sangatlah berangin, tapi bisa saja hanya sebuah angin sepoi-sepoi yang lewat. Masih dua jam untuk menunggu, hasil pun sudah tidak gue pikirkan. Sekali lagi angin lewat membawa bunga –bunga yang berterbangan. Hati pun tidak kuat untuk menahan diri melihatnya dengan dekat.
Tiga lantai sangatlah capek, namun akhirnya sampai juga gue di dasar. Ternyata bunga itu berasal dari kebun sekolah yang berada di selatan. Kuikuti bunga-bunga yang masih berjatuhan itu. Kadang-kadang mereka terbangun sendiri dengan hebusan kecil. Apa itu? Sesuatu mengagetkan sekali di tengah kebun. Sebuah tas dan lukisan yang tidak bertuan tersandar di salah satu pohon. Kudekati pohon itu dengan hati-hati. Bunga-bunga yang beterbangan itu tidak lagi ku hiraukan. Lebih dekat, semakin mendetail apa yang ada di kanvas itu.
Namun, Kring... telepon berbunyi lagi, dengan berat hati gue angkat dan menjawab “bentar lagi sibuk” . gue tutup dengan kesal. Gue pun terpukau dengan lukisan yang sama-sama Full Colour. Tapi tidak lama gue memandang, “Hai”. Siapa geranganan.  Gue putar tubuh gue secepat kilat. Ah... dia, perempuan itu apa yang dia lakukan? “Bagus gak?” tanyanya. Lagi-lagi kali ini dengan wajah imut seimut-imutnya. “Bagus, gimana caranya” dia tersenyum lebar.
Dia mulai mengajari gue mulai dari sketsa yang kasar, lalu halus, kemudian mulai dengan warna yang tidak gue kenali. Jadi gue hanya bisa menebak-nebak saja. Karena gue terus-terusan menyebutkan warna merah. Disela-sela, ia memandang gue dengan serius seperti gue itu sesuatu yang aneh di muka bumi ini. Kring... bunyi telepon membahana di kantong celana gue. Sial... mengganggu saja. Tombol merah gue pencet dengan cepat. Tapi lagi-lagi berbunyi lagi. Gue pikir ini sesuatu yang penting.
Perempuan itu menunggu gue dengan setia. “oi po.. dah mau mulai nih” . gue bingung. Lalu gue menjawab “Oke” . Hanya satu kata, namun setidaknya dia sudah tahu maksud gue itu. Gue memandang perempuan itu. “Mau pergi?” katanya dengan lirih. Gue mengangguk dengan penuh perasaan. Dia bangun dari duduknya yang di depan kanvas lalu mendekati gue. “Rani” dia menyodorkan tangannya. “Pon” sahut gue lalu meninggalkannya sendiri.
Balik ke lantai tiga sangat lah berat, lebih berat dari pada saat gue turun. Diatas gue disodorkan oleh sebuah kanvas  yang tidak lain kanvas gue tadi. “Apa nama tema ini?” astaga gue lupa tadi. Seharusnya tema merupakan suatu yang penting. Namun sekali lagi gue lihat kanvas gue. Seorang perempuan berdiri di ujung dan ujung lainnya adalah kanvas warnanya pun Full colour sepertinya. Gue pun menjawab “Gadis berkanvas merah” 

Senin, 05 November 2012

(R) Lockout




Identitas Film:
Director: James Mather, Stephen St. Leger
Producer: Marc Libert, Leila Smith
Written: Luc Besson, Stephen St. Leger, James Mather
Music by: Alexandre Azaria
Cinematography: James Mather
Editing: Camille Delamarre, Eamonn Power
Studio: EuropaCorp
Distribusi: Open Road Films, FilmDistrict
Release date: April, 2012
Durasi: 95 minutes
Bahasa: English
Budget: 20 Juta Dollar

Pemeran:
Guy Pearce sebagai Snow
Maggie Grace sebagai Emilie Warnock
Peter Stormare sebagai Scott Langral
Lennie James sebagai Harry Shaw
Vincent Regan sebagai Alex
Joseph Gilgun sebagai Hydell
Tim Plester sebagai Mace

Sinopsis:
                Di tahun 2079 seorang agen bernama Snow (Guy Pearce) ditangkap oleh kepolisian karena membunuh agen Frank saat sedang melakukan misi. Scott (Peter Stormare) yang merupakan agen kepolisian juga menawarkan bantuan padanya. Snow meminta Scott untuk menemukan Mace (Tim Plester) yang memiliki barang bukti bahwa Ia tidak bersalah. Sedangkan Mace sudah dikirimkan ke penjara angkasa bernama Ms One karena telah membunuh orang. Ms One adalah penjara yang berada diluar angkasa dengan mematikan syaraf otak selama puluhan tahun.
                Disaat yang sama, anak presiden Amerika bernama Emily (Maggie Grace) berkunjung ke Ms One untuk meneliti penjara disana. Namun, ketika sedang mewawancarai tahanan bernama Hydell (Joseph Gilgun), Hydell merusak segalanya dan membebaskan semua tahanan yang sedang di matikan syarafnya. Emily dan beberapa orang dipenjara itu menjadi tawanan. Alex (Vincent Regan) yang merupakan kakak dari Hydell memimpin pasukan tahanan yang berjumlah ratusan orang itu.
Harry pemimpin dari kepolisian Amerika menyuruh Snow untuk menyelamatkan Emily itu, Jika tidak Ia akan di penjara. Snow pun menolak, Namun pada saat Scott memberi tahunya bila Mace sedang berada Ms One juga, Ia pun menyetujuinnya. Scott, Harry, Snow dan beberpa orang lainnya menuju ke sebuah pakalan milliter luar angkasa yang berada didekat Ms One. Sebuah negoisasi dilakukan oleh seorang kepolisian di Ms One untuk mendapatkan Emily. Namun, misi itu gagal. Snow pun terpaksa masuk ke dalam Ms One.
                Disaat yang sama Emily dan pengawalnya berhasil meloloskan diri. Mereka pun terkurung dalam ruangan dengan oksigen yang semakin lama semakin tipis. Harry menyuruh Snow untuk mempercepat gerakkannya. Snow pun berhasil menyelamatkan Emily. Alex yang baru menyadari bahwa Emily adalah anak presiden, memutus sambungan antara Snow dan Harry. Snow pun membawa Emily mengikutinya untuk membebaskan Mace. Rambut Emily dipotong pendek dan diwarnai coklat untuk menyamar melewati banyak tahanan.
                Tapi, sialnya mereka ketahuan, dan pada saat mereka lari mereka mertemu dengan Mace. Ia mengalami kerusakan otak sehingga seperti orang gila. Sayangnya, Mace meninggal saat kejar-kejaran berlangsung. Snow semakin frustasi. Ia mengantar Emily menuju ke tempat pelemparan darurat yang mengarah ke bumi dan Snow terjebak di MS One selamanya. Emily pun tidak inging itu terjadi, Ia keluar melalui pintu darurat. Kemudian bergabung kembali dengan Snow.
                Hydell yang sudah tidak sabar dengan pencarian kakaknya, menjebak Snow dan Emily dengan membunuh semua tawanan lainnya. Snow dan Emily pun tertangkap. Disaat yang sama Harry telah menyusun sebuah serangan ke Ms One. Alex menyuruh Emily menggagalkan serangan itu, tapi Emily berkata sebaliknya. Serangan pun di lancarkan. Di Ms One sendiri Emily dan Snow berhasil memloloskan diri dari sergapan Alex, mereka menuju ke sebuah ruangan dimana terdapat baju astronot. Saat ledakan terjadi mereka berhasil keluar dan selamat sampai dibumi. Ms One pun hancur.
                Ketika sampai di bumi Snow ditangkap kembali menjadi tahanan. Emily pun membantu membebaskan Snow dengan mencari koper yang dimaksud Mace dan menyelidiki TKP pembunuhan Frank. Saat diintrogasi oleh Scott, Snow memberi koper dari Mace itu. Diluar dugaan Scott dapat membuka koper itu, dia tahu passwordnya. Disinilah Scott menjadi tersangka pembunuhan Frank. Snow pun bebas dari status tersangka.

Kelebihan:
Film buatan Marc Libert kali ini sangat memukau para penonton. Walaupun film yang bertemakan masa depan cukup banyak, film Lockout ini mengandung unsur detektif juga. Jadi di akhir cerita kita diharuskan berfikir untuk mengetahui apa cerita yang sebenarnya terjadi. Selain itu pemeranan dari Guy Pearce dan si cantik Maggie Grace menambah keseruan film di tahun 2012 itu.

Kekurangan:
Kekurangan dari film ini terdapat di 30 menit pertama kita menonton. Disini film akan terasa membosankan dan pasaran. Di tambah dengan bertemakan masa depan yang sudah dipastikan khayalan. Tapi, setelah kita menonton keseluruhan filmnya, Anda tidak akan menyesal menonton film buatan Marc Libert ini.

Diperuntukan:
Dewasa

Sabtu, 03 November 2012

(R) Woman In Black




Identitas Film:
Director: James Watkins
Produser: Richard Jackson, Simon Oakes, Brian Oliver
Screenplay: Jane Goldman
Music: Marco Beltrami
Cinematography: Tim Maurice-Jones
Editing: Jon Harris
Studio: Cross Creek Pictures, Hammer Film Productions, Alliance Films
Distributed: Momentum Pictures (United Kingdom), CBS Films (United States)
Release date: February 2012
Durasi: 95 minutes
Country: United Kingdom
Bahasa: English
Budget: 15 juta dollar

Pemeran:
Daniel Radcliffe sebagai Arthur Kipps
Ciarán Hinds sebagai Sam Daily
Janet McTeer sebagai Elizabeth Daily
Sophie Stuckey sebagai Stella Kipps
Misha Handley sebagai Joseph Kipps
Liz White sebagai Jennet Humfrye
Daniel Cerqueira sebagai Keckwick
Tim McMullan sebagai Jerome
Aoife Doherty sebagai Lucy Jerome
Roger Allam sebagai Mr Bentley,
Victor McGuire sebagai Gerald Hardy
Alexia Osborne sebagai Victoria Hardy
David Burke sebagai PC Collins
Alisa Khazanova sebagai Mrs. Drablow
Ashley Foster sebagai Nathaniel Drablow
Jessica Raine sebagai Joseph's Nanny
Shaun Dooley sebagai Fisher
Mary Stockley sebagai Mrs Fisher
Sidney Johnston sebagai Nicholas Daily

Sinopsis:
Arthur Kipps (Daniel Radcliffe) adalah seorang pengacara. Ia selalu teringat dengan wajah sang Istri (Sophie Stuckey) yang meninggal saat melahirkan anak laki-lakinya, Josep (Misha Handley). Mereka hidup bersama dengan pembantunya (Jessica Raine). Suatu saat Arthur disuruh menangani sebuah rumah disebuah desa yang sangat aneh. Disana banyak anak-anak yang mati mendadak. Dengan menggunakan kereta Ia menuju kesana, untungnya saat di kereta ia bertemu dengan Sam Daily (Ciarán Hinds). Seorang yang kaya raya didesa tersebut. Ia mengantar Arthur ke subuah penginapan.
Keesokan harinya Ia menuju ke sebuah rumah yang bernama Gerald (Victor McGuire) untuk mengambil semua dokumen. Tapi, Gerald memutuskan Arthur harus meninggalkan tempat ini. Arthur pun tidak pantang menyerah, kereta kuda yang diutus untuk balik menuju stasiun disogok menuju ke sebuah pulau dengan rumah di tengah pulau bernama Eel Marsh. Arthur pun mencoba masuk kedalam rumah itu dan menemukan beberapa dokumen yang merupakan pokok permasalahan rumah tangga rumah itu. Arthur pun melihat Women in Black yang mengawasinya.
 Setelah seharian dirumah Eel Marsh. Arthur diundang oleh Sam untuk makan malam dan memperkenalkan istrinya bernama Elizabeth (Janet McTeer). Sialnya Elizabeth kesurupan saat makan malam itu. Sam pun menceritakan kejadian yang menimpa anaknya. Mereka diambil oleh Women in Black yang membuat istrinya selalu kesurupan. Keesokan harinya Arthur menuju ke gereja dan meminta tolong pada pastur dalam menangani kasus ini, tapi pastur itu tidak mau membantunya. Dan disaat yang sama seorang anak sekarat yang dibantu teman-temannya datang meminta bantuan. Anak itu menelan suatu benda ke dalam mulutnya. Namun,anak itu memuntahkan darah dan meninggal seketika.  
Untuk menyelidiki ini semua Sam mengantarkan Arthur menuju kerumah Eel Marsh. Walau sempat di halang oleh para warga yang mengatakan Arthur adalah penyebab ini semua, mereka tetap menuju kesana. Arthur pun menginap disana, untuk membuktikan ini semua. Semalaman Arthur selalu di ganguin oleh Women in Black dan beberapa arwah anak yang telah tewas hingga esok hari. Sam menjemput Arthur di Eel Marsh kemudian sesampainnya di desa terjadi kebakaran di rumah Gerald. Anak Gerald, Victoria (Victor McGuire) masih terjebak didalam rumah.
Saat Arthur ingin menyelamatkannya, Ia melihat Women in Black di samping victoria yang sedang menghipnotis Victoria. Victoria pun bunuh diri membakar dirinya. Arthur semakin frustasi untuk menyelesaikan masalah di desa itu. Hingga Ia bertemu dengan Elizabeth, Elizabeth memberi tahunya untuk menemukan anak Women in Black yang di bunuh bapaknya agar Ia tidak lagi mengambil anak-anak didesa. Arthur pun langsung bergegas menuju ke Eel Marsh.
Dengan dibantu oleh Sam akhirnya mayat dari anak Women In Black itu ditemukan di rawa-rawa. Arthur pun memanggil Women in Black untuk mengambil kembali anaknya. Setelah itu Arthur mengnganggap semua telah berakhir, tidak ada lagi korban anak-anak yang akan mati. Josep bersama pembantunya menuju ke desa itu untuk menjemput Arthur. Namun, sialnya diakhir cerita, Women in Black itu mengincar Josep untuk bunuh diri di tabrak kereta, Arthur pun menyelamatkannya dan mereka berdua mati bersama yang menemukan Arthur dan Josep dengan ibunya.    

Kelebihan:
                 Film buatan Richard Jackson ini wajib untuk ditonton. Daniel Radcliffe yang sudah pensiun dalam Harry Potternya, kini bermain dalam film horror ini tidak lagi di ragukan dalam aktingnya. Alur cerita yang dimainkan Daniel sangat mudah diikuti. Tidak hanya itu saja, adegan-adegan menyeramkan yang disuguhkan oleh Richard Jackson pasti akan membuat kita takut. Film ini sangat cocok untuk pecinta film horror Holywood.

Kekurangan:
Jika anda menonton film ini dengan cermat, banyak sekali kekurangan yang dirasakan . Mulai dari pokok permasalahan yang fluktuatif dan membuat penonton tegang setengah-setengah. Ditambah dengan ending-nya yang membingungkan, padahal produser Richard Jackson membuat ending agar penonton seperti di incar oleh Women In Black. Sorry, But It Fail

Diperuntukan:
Remaja/Dewasa

Jumat, 02 November 2012

(C) Tanpa Tujuan


Lima mobil melewati gue dengan kecang. Gue tidak tahu apa mereka sedang balapan atau mengejar waktu untuk sampai di tujuan. Tapi yang gue lihat, mereka berbelok kearah yang sama dipertigaan 500 meter didepan gue. Gue pun kembali tertidur dalam lamunan. Kalau saja gue tidak berbuat seperti itu, mungkin tidak akan seperti ini. Gue pun tidak pernah mengingat lagi apa itu apa ini. Yang gue ingat hanya kejadian menimpa keluarga gue saat...
                “Mas tahu alamat ini tidak?” seseorang membangunkan gue dari lamunan yang tiada akhir ini. “Oh, jalan merpati kearah sana, nanti ada pertigaan ke kiri” jawab gue dengan penjelasan terperinci dengan tangan menunjukan arah. Orang itu pun langsung meninggalkan gue. Akhirnya gue memutuskan untuk meninggalkan bangku taman yang sudah lima hari gue duduki. Lurus menuju pertigaan, berbelok kekanan, sekitar 200 meter berbelok ke kiri, lalu kenan lagi. Menjelang sore gue bertemu kembali dengan lima mobil tadi pagi.
                Mereka berhenti di suatu rumah yang besar yang sepertinya sedang mengadakan pesta, jandela rumah terbuka. Gue melihat banyak makanan dan bir yang tersedia diatas meja. Tidak lupa lampu disko yang membuat mereka berdansa. Kebanyak yang hadir keacara itu anak-anak muda seumuran gue. Sepertinya mereka adalah orang-orang kaya, banyak mobil mewah yang parkir disana. Gue melihat ada bangku kecil di depan rumah besar itu. Gue pun duduk disana sambil mengamati  suasana pesta itu.
                Tak lama kemudian gue melihat seorang perempuan cantik keluar kejalanan tepat didepan gue duduk sekarang. Dia pun menghampiri gue dengan senyuman manisnya dan mengajak gue ikut kedalam pesta itu. Gue pun mengikutinya masuk kedalam. Di luar dugaan mereka sangatlah ramah-ramah, mau menerima gue yang aneh ini... Brem...Brem... suara mobil mengagetkan gue dalam tidur dengan mimpi indah itu. Gue melihat kebawah dan gue masih berada di kursi kecil itu.
                Mobil itu melaju kencang di pagi yang dingin ini. Gue melihat rumah itu sudah menyelesaikan pestanya. Gue bergegas pergi sebelum jalan itu ramai oleh orang lewat. Gue menyusuri jalan besar menuju arah utara lalu menuju ke barat dengan nama Jalan Mawar. Gue pun melihat sekeliling untuk mencari tempat sampah. Siapa tahu ada sebutir nasi yang di buang orang. Perut gue belum pernah diisi oleh makanan semenjak lima hari yang lalu. Beruntungnya gue melihat seorang membuang bungkusan ke arah tong sampah didepan rumahnya.
                Gue pun segera menghampiri tong sampah itu. Sial! tong sampah itu berair dan bungkusan seperti nya didalam makanan itu terendam. Tapi, apa boleh buat? Gue terpaksa mengambilnya dan duduk di emperan rumah itu untuk mengeringkannya. Belum sempat gue membuka bungkusan itu, gue mendengar kegaduhan di dalam rumah. Prang...  Buuk... Duar... seperti ada perang yang melanda. Gue penasaran apa yang terjadi didalam. Gue pun mengintip di sela-sela pagar tinggi dengan kawat berduri di atasnya yang mungkin dialiri listrik.
                Gue melihat sepasang suami istri sedang bertengkar didalam, banyak barang-barang pecah didalamnya. Tapi yang membuat gue prihatin, seorang anak duduk termenung di pinggir ruangan itu. Dia menangis melihat ayah-ibunya sedang bertengkar. Gue teringat akan kejadian yang gue alami. Hampir sama dengan yang gue lihat sekarang. Gue hanya bisa berdoa, semoga anak itu tidak menjadi seperti gue sekarang ini.
                Gue membuka bungkusan. Dan... Didalamnya terdapat nasi yang boleh dibilang masih segar. Gue menyisihkan air yang masih tersisa didalamnya. Ini makanan terlezat yang pernah gue makan. Rasa seret di tenggorokan merajai sehabis gue makan nasi itu. Gue harus mencari air. Terlalu lama untuk menunggu hujan. Dengan terpaksa gue meminum air genangan yang terdapat di pinggir jalan yang rasanya tidak enak sama sekali.
                Melanjutkan perjalanan menuju arah utara, melewati gang-gang kecil, melewati perumahan besar dan lagi-lagi sampai di jalan besar. Gue menyebrangi jembatan layang itu, terlihat matahari sudah merosot ke arah barat dan sebentar lagi tenggelam. Aaaa... Jangan    Gue kaget mendengar teriakan segerombolan orang di tengah jembatan. Gue pun bergegas menghampiri. Gue berusaha melihat apa yang terjadi disitu.
                Seorang perempuan berdiri di pinggir jembatan. Kami yang bergerombol ini hanya bisa menyaksikannya. “Jangan nak, ibu janji tidak akan melarang mu” seorang wanita tua berteriak hingga meneteskan air mata. “Tidak, Ibu bohong” kata perempuan yang sekarang sudah berpindah ke luar jembatan. Niatnya untuk bunuh diri semakin kuat. Foooong suara kereta datang di bawah jembatan. Lalu .. “Maaaf Bu” dia melepas kedua tangannya dan terjatuh tepat tertabrak kereta.
                Ibunya menangis hingga pingsan, warga disiti pun membantunya dengan dibawa kerumah sakit. Gue hanya bisa bengong  dan bingung dengan kelakuan perempuan itu. Apa masalah perempuan itu? Apa yang dilakukan ibunya?  Mungkin hanya tuhan yang tahu. Gue pun melanjutkan jalan menuju arah yang tidak ditentukan yang mungkin suatu hari membawa  gue seperti perempuan itu.