Jumat, 02 November 2012

(C) Tanpa Tujuan


Lima mobil melewati gue dengan kecang. Gue tidak tahu apa mereka sedang balapan atau mengejar waktu untuk sampai di tujuan. Tapi yang gue lihat, mereka berbelok kearah yang sama dipertigaan 500 meter didepan gue. Gue pun kembali tertidur dalam lamunan. Kalau saja gue tidak berbuat seperti itu, mungkin tidak akan seperti ini. Gue pun tidak pernah mengingat lagi apa itu apa ini. Yang gue ingat hanya kejadian menimpa keluarga gue saat...
                “Mas tahu alamat ini tidak?” seseorang membangunkan gue dari lamunan yang tiada akhir ini. “Oh, jalan merpati kearah sana, nanti ada pertigaan ke kiri” jawab gue dengan penjelasan terperinci dengan tangan menunjukan arah. Orang itu pun langsung meninggalkan gue. Akhirnya gue memutuskan untuk meninggalkan bangku taman yang sudah lima hari gue duduki. Lurus menuju pertigaan, berbelok kekanan, sekitar 200 meter berbelok ke kiri, lalu kenan lagi. Menjelang sore gue bertemu kembali dengan lima mobil tadi pagi.
                Mereka berhenti di suatu rumah yang besar yang sepertinya sedang mengadakan pesta, jandela rumah terbuka. Gue melihat banyak makanan dan bir yang tersedia diatas meja. Tidak lupa lampu disko yang membuat mereka berdansa. Kebanyak yang hadir keacara itu anak-anak muda seumuran gue. Sepertinya mereka adalah orang-orang kaya, banyak mobil mewah yang parkir disana. Gue melihat ada bangku kecil di depan rumah besar itu. Gue pun duduk disana sambil mengamati  suasana pesta itu.
                Tak lama kemudian gue melihat seorang perempuan cantik keluar kejalanan tepat didepan gue duduk sekarang. Dia pun menghampiri gue dengan senyuman manisnya dan mengajak gue ikut kedalam pesta itu. Gue pun mengikutinya masuk kedalam. Di luar dugaan mereka sangatlah ramah-ramah, mau menerima gue yang aneh ini... Brem...Brem... suara mobil mengagetkan gue dalam tidur dengan mimpi indah itu. Gue melihat kebawah dan gue masih berada di kursi kecil itu.
                Mobil itu melaju kencang di pagi yang dingin ini. Gue melihat rumah itu sudah menyelesaikan pestanya. Gue bergegas pergi sebelum jalan itu ramai oleh orang lewat. Gue menyusuri jalan besar menuju arah utara lalu menuju ke barat dengan nama Jalan Mawar. Gue pun melihat sekeliling untuk mencari tempat sampah. Siapa tahu ada sebutir nasi yang di buang orang. Perut gue belum pernah diisi oleh makanan semenjak lima hari yang lalu. Beruntungnya gue melihat seorang membuang bungkusan ke arah tong sampah didepan rumahnya.
                Gue pun segera menghampiri tong sampah itu. Sial! tong sampah itu berair dan bungkusan seperti nya didalam makanan itu terendam. Tapi, apa boleh buat? Gue terpaksa mengambilnya dan duduk di emperan rumah itu untuk mengeringkannya. Belum sempat gue membuka bungkusan itu, gue mendengar kegaduhan di dalam rumah. Prang...  Buuk... Duar... seperti ada perang yang melanda. Gue penasaran apa yang terjadi didalam. Gue pun mengintip di sela-sela pagar tinggi dengan kawat berduri di atasnya yang mungkin dialiri listrik.
                Gue melihat sepasang suami istri sedang bertengkar didalam, banyak barang-barang pecah didalamnya. Tapi yang membuat gue prihatin, seorang anak duduk termenung di pinggir ruangan itu. Dia menangis melihat ayah-ibunya sedang bertengkar. Gue teringat akan kejadian yang gue alami. Hampir sama dengan yang gue lihat sekarang. Gue hanya bisa berdoa, semoga anak itu tidak menjadi seperti gue sekarang ini.
                Gue membuka bungkusan. Dan... Didalamnya terdapat nasi yang boleh dibilang masih segar. Gue menyisihkan air yang masih tersisa didalamnya. Ini makanan terlezat yang pernah gue makan. Rasa seret di tenggorokan merajai sehabis gue makan nasi itu. Gue harus mencari air. Terlalu lama untuk menunggu hujan. Dengan terpaksa gue meminum air genangan yang terdapat di pinggir jalan yang rasanya tidak enak sama sekali.
                Melanjutkan perjalanan menuju arah utara, melewati gang-gang kecil, melewati perumahan besar dan lagi-lagi sampai di jalan besar. Gue menyebrangi jembatan layang itu, terlihat matahari sudah merosot ke arah barat dan sebentar lagi tenggelam. Aaaa... Jangan    Gue kaget mendengar teriakan segerombolan orang di tengah jembatan. Gue pun bergegas menghampiri. Gue berusaha melihat apa yang terjadi disitu.
                Seorang perempuan berdiri di pinggir jembatan. Kami yang bergerombol ini hanya bisa menyaksikannya. “Jangan nak, ibu janji tidak akan melarang mu” seorang wanita tua berteriak hingga meneteskan air mata. “Tidak, Ibu bohong” kata perempuan yang sekarang sudah berpindah ke luar jembatan. Niatnya untuk bunuh diri semakin kuat. Foooong suara kereta datang di bawah jembatan. Lalu .. “Maaaf Bu” dia melepas kedua tangannya dan terjatuh tepat tertabrak kereta.
                Ibunya menangis hingga pingsan, warga disiti pun membantunya dengan dibawa kerumah sakit. Gue hanya bisa bengong  dan bingung dengan kelakuan perempuan itu. Apa masalah perempuan itu? Apa yang dilakukan ibunya?  Mungkin hanya tuhan yang tahu. Gue pun melanjutkan jalan menuju arah yang tidak ditentukan yang mungkin suatu hari membawa  gue seperti perempuan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar