Senin, 25 Maret 2013

(C) Apakah aku bisa seperti mereka?

Jalan? Aku sudah biasa melakukan itu, kalau pun teman gue menyuruh gue naik ke mobil tapi aku tetap saja menginginkan jalan, yah , walaupun aku sendiri sepertinya tidak memungkinkan untuk berjalan jauh. “brukk” Rena dengan sigap menangkap aku. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Rena peduli. “Nggak kok gpp hehe, makasih” ujar ku dengan ramah. Aku pun kembali berjalan. Kemudian Nattali yang berada disamping kiri ku menyuruh ku untuk naik taksi. “Nggak kok Nat, jalan aja” kataku. Sebenarnya bukan aku yang tidak peduli dengan kepedulian mereka terhadap aku, tetapi aku ingin seperti yang lainnya. Seperti perempuan normal. Aku melihat jam, yang ternyata sebentar lagi jam kuliah akan dimulai. Tersisa 10 menit lagi. “Nat, Ren kalian duluan saja, sebentar lagi masuk” ujar aku. “Nanti kamu gimana?” tanya Nattali. “Udah kita barengan aja sampai kelas” tambah Rena. Kami pun sampai didepan  gedung kuliahku, tetapi kelas ku sekarang berada dilantai empat. Rena dan Nattali membantu ku untuk menaiki tangga. Tidak jarang aku hampir terpelesat. Tepat pukul 08.15 aku sampai didepan kelas. Greeekk. “Maaf pak terlambat” kata kami bertiga. “Kalian dari mana saja, ayo cepat masuk” kata Pak Tono. Untungnya mata kuliah sekarang ini yang mengajar Pak Tono, dia baik masih mengizinkan murid yang lainnya masuk jika terlambat.

Aku menempati kursi disamping Ghina yang berada di baris ke tiga. Hari ini aku sama sekali tidak menyimak pelajaran Pak Tono. Aku berfikir, apa yang terjadi pada aku sekarang? Kenapa semua orang membuat pengecualian kepada ku? Aku tahu aku sedang sakit, ini adalah penyakit teraneh yang aku derita. Kaki aku jadi cacat seperti ini karena sebuah virus yang menyerang saat aku terkena penyakit typus beberapa bulan yang lalu. Virus itu menyerang sel-sel yang ada di kaki ku jadi cara jalan aku terganggu. Boleh dibilang seperti pinguin. Namun aku tidak ingin di perlakukan seperti ini. Banyak keringanan yang aku dapat. Aku ingin seperti perempuan lainnya. Tanpa sadar aku menetaskan air mata dan menetes membasahi buku ku. “Kamu gak apa-apa Nad?” tanya Ghina yang mungkin melihat aku menangis. Aku pun terlonjak kaget lalu segera menghapus air mata ku. “Gpp aku baik-baik saja”. Pelajaran Pak tono pun selesai, aku tidak tahan untuk segera pergi ke kamar mandi. Kebelet pipis. Aku pun beranjak dari kursi ku lalu menuju kekamar mandi. Aku melihat Nattali dan Rena sedang asik mengobrol dengan yang lainnya. Aku tidak ingin menggangu mereka hanya untuk menemani aku ke kamar mandi. Aku pun pergi sendirian.

Aku lupa kalau kamar mandi tidak ada dilantai empat, aku harus turun ke lantai tiga. Aku melihat tangga, seperti melihat sebuah tepi jurang. Aku harus bisa melewati ini, aku tidak mau merepotkan yang lain ujar ku dalam hati. Aku turun satu langkah, lalu langkah kedua, disusul langkah ketiga. Aku berhasil sampai di pertengahan anak tangga. Aku kembali menuruni anak tangga itu lagi. Tapi, ketika aku menuruni anak tangga terakhir aku terpeleset dan jatuh. Untungnya aku dapat menahan jatuh ku memakai tangan. Brukk, adohhh aku menjerit. Aku melihat seseorang menghampiri aku. Aku mengira itu salah satu dari Nattali atau Rena. “Kamu baik-baik saja” ujarnya. Aku terkaget.  Bukan suara perempuan, tetapi suara laki-laki. Dia membantuku untuk berdiri. “Makasih yah” kataku kepadanya. “sama-sama” balasnya. Ini pertama kalinya, aku merasakan hal yang berbeda bertemu dengan laki-laki. Perasaan apa ini? “Nadya... Kamu kemana aja?, Kita khawatir” Nattali memanggil dari atas diikuti oleh Rena. Aku pun melepaskan pandangan dari laki-laki itu, lalu kami meninggalkannya. Ketika aku melihat kebelakang, dia masih melihatku dengan senyumannya yang manis. “Rena, Nattalie” aku memanggil mereka berdua. “Iya kenapa?” “Sepertinya aku jatuh cinta sama laki-laki tadi” kataku polos, mereka memandang ku kaget. Wajahku memerah. “Ehh Cieee.... tenang nanti kita bantuin” ujar Rena. Tetapi apakah dia tahu kalau aku itu perempuan cacat? Aku tidak bisa berjalan dengan normal? Apakah aku bisa berpacaran seperti perempuan lainnya?

Sabtu, 02 Maret 2013

(C) SIN


                     Kisah ini seharusnya tidak akan pernah di ketahui oleh siapa-siapa , kecuali gue dan Tuhan yang diatas. Tak seharusnya pula kisah ini dituliskan di sebuah kertas polos yang masih perawan, dan tak seharusnya pula kisah ini diketik disebuah komputer yang nantinya akan mengotori dirinya. Sebuah kisah dimana gue menampung banyak dosa dihati yang kelam ini. Gue sendiri tidak menyangka bisa sejauh ini. Meninggalkan semua orang yang kucintai dan kusayangi. “Sayang, aku aku capek banget” Kirana menngagetkan gue dari belakang. Dia duduk di pangkuanku, erangan manja mulai muncul secara tiba-tiba. “Yaudah kamu tidur dulu aja” jawab gue dengan kasih sayang. Kemudian dia mencium gue dengan nafsu yang membara, namun gue melepaskan ciuman itu dengan paksa, “Sayang aku mau nyelesaiin tugas aku dulu ini” kata gue dengan nada tinggi. Dia tersenyum, bangun dari pangkuan, dan tidur disebelah Kimi. Kimi sedang tertidur pulas saat ini. Gue pun kembali ke layar monitor.
                Gue tidak dapat membayangkan kalau hidup gue secepat ini berubah, baru sebentar gue merasakan indahnya belajar dibangku perkuliahan, Namun sekarang gue sudah tidak bisa lagi, sejak kejadian itu. Yah, gue sendiri juga memakluminya, ini juga karena perbuatan gue yang meleawati batas. Apa gunanya disesali sekarang? Semua sudah terlanjur, nasi telah menjadi bubur. Gue tidak lagi bisa bermain-main lagi, menghambur-hamburkan uang, jalan-jalan yang tidak jelas. Gue harus berubah, harus lebih bekerja keras, untuk mendapatkan uang yang banyak. Demi mereka. Tidak ada lagi yang menemani gue sekarang, kecuali mereka yang selalu berada disisi gue. Tapi, ini semua hanya teori, teori jauh berbeda dengan praktek. Siapapun bisa melontarkan teori-teori dasar untuk membantu permasalahan gue ini, untuk mempraktekanya sangat lah susah, gue masih ingin main bersama mereka yang berada diluar sana. Kadang-kadang gue bermimpi untuk balik ke masa lalu dimana gue belom melakukan dosa ini.
                Dosa yang sangat besar hingga mungkin tidak dapat di maafkan oleh Tuhan sekalipun. Ini berawal sejak gue berpacaran dengan Kirana. Kirana adalah perempuan yang cantik, imut, dan cerdas di mata gue, kami satu angkatan. Namun, terkadang gue dan Kirana lapas kontrol, kita sama-sama tidak bisa menahan nafsu kita. Hingga suatu saat, setelah kita melakukan beberapa kali, Kirana hamil. Gue sendiri kaget setengah mati mendengarnya. Kita sama-sama tidak menceritakan hal ini kepada orang tua kami. Kami takut, kami tidak mengerti harus berbuat apa. Setelah mencapai kehamilan Kirana yang ke 3 bulan. Kami berdua melarikan diri keluar kota. Meninggalkan semua orang yang kita sayangi, bahkan orang tua kita. Kami pergi keluar kota dan berusaha untuk hidup disana, untungnya gue mendapat pekerjaan, uangnya pun gue pakai untuk menyewa kos. Beberapa bulan kami hidup dalam kesusahan hingga lahirlah Kimi, dia sangat cantik sama seperti Kirana.
                “Hai, belom tidur?”, Kirana mengagetkan gue dari belakang. Kemudian dia memeluk dari belakang dan membaca semua ketikkan gue di komputer. “Kamu menulis semua tentang perjalanan kita?” tanyanya lembut. “Iya sayang, yah mungkin aja tulisan kita ini membantu orang-orang yang mempunyai kondisi yang sama kaya kita, agar tidak menyerah” jelas gue. Dia tersenyum manis, lucu dan imut. “Tapi, ngomong-ngomong kita hebat juga yah, kabur dari rumah tanpa perbekalan apapun, tanpa rencana yang matang, bisa bertahan sepertini ini” jelasnya kagum, “Ini semua karena kamu” tambahnya. Aku tersenyum balik “Dan kamu juga” tambah aku. Lalu kami berciuman lagi. Namun seketika Kirana melepaskan ciumannya terlebih dahulu, “Besok pagi kamu ada kerja?” tanyanya. “Besokan libur, dan sepertinya Kimi tidurnya nyenyak sekali” tambah gue nakal. Dia tersenyum lebar seakan tahu apa yang gue pikirkan. “Gerah nih, aku mau mandi dulu, nyusul yah..  jangan lupa pake kondom, aku belum mau hamil lagi”